Dear diary....
Aku lelah jadi orang baik, aku lelah dengan sandiwara selama
ini, aku lelah dengan semua permainan yang membuang waktuku, seandainya saja
dulu aku tak membiarkan mu memasuki kehidupanku, ku yakin aku tak kan sesakit
ini.
Mungkin bagimu ini hanya sederhana, namun tidak bagiku. Aku
terlalu baik untukmu, sedangkan kau???
Setiap mau ku tak penting bagimu, apa lagi sesuatu yang
ingin kau bagi untukku, kalau mau ku saja tak kau hiraukan, semua memang
bohong.
Kamu tau? Aku lelah mendengar seribu alasan mu yang telah ku
baca sebelumnya, aku muak bahkan sangat-sangat muak hingga aku tak mampu
menahan ucapanku berbagai sumpah serapah telah keluar.
Kamu menghancurkan kehidupanku, kamu telah membuang waktuku,
kamu adalah pembohong yang tak bisa dimaafkan.
Kamu ingat dulu…???
Betapa aku berharap kamu yang terbaik, hingga aku
mempercayaimu untuk menjaga ku, namun apa…???
Kamu sangat mengecewakan!
Aku benci setiap pertemuan, apalagi pertemuan kita….
Aku ingin satu hal, pergi dari hidupku atau aku yang harus
pergi,
Aku tak mau lagi mendengar alasan-alasan mu, aku bukanlah
mantan-mantan mu yang bisa kau bohongi, aku terlalu pandai untuk kau tipu.
Kamu tau? Betapa aku selalu meluangkan waktuku untuk mu,
bahkan saat aku mengejar prestasiku dan harus meninggalkan mu sesaat aku masih
mampu mendo’akan mu, aku selalu mengingatkan mu akan Tuhan, tapi kamu…..???
Mencoba membawaku pada neraka,
Sebusuk itulah dirimu, sayang tak ada yang tau hanya aku dan
Tuhan yang mengetahuinya.
Kamu adalah lelaki terbodoh yang pernah aku kenal, betapa
tidak?
Kamu menyia-nyiakan kebaikanku, hingga kini membuat ku
merasa lelah dan aku akan membuat semua ini biasa hingga aku tak tau rasanya
sakit itu seperti apa, aku lelah menjagamu karena kamu selalu membuka pintu
itu, aku lelah memgingatkan mu akan hal yang tak ingin kau dengar, wajar jika
mau ku pun tak kau hiraukan….
Hari ini, aku berhenti berharap!
Aku ingin menjadikan semuanya biasa, aku lelah jadi orang
baik untukmu, aku tak peduli akan setiap tindakan mu, sekarang semua adalah hak
mu, tak perlu kau pedulikan aku.
Aku malu pada Tuhan, aku menyia-nyiakan waktu untuk
menangisi seseorang yang tak pantas untuk ku tangisi, aku ingin membuat semua
biasa!
Aku ingin menyiapkan diriku sebaik mungkin agar aku
mendapatkan orang yang baik pula, tidak seperti kau.
Aku siap menjadi penonton mu suatu saat nanti, dan saat
itulah aku menertawaimu.
Pernahkah kau berfikir, untuk apa aku menangis….?
Aku hanya ingin membuat mu berbeda dengan lelaki diluar sana
bukan berarti aku mengubah mu, namun setidaknya kamu tau bahwa Tuhan itu ada,
aku ingin mengubah jalan pikiran mu, bahwa kamu berfikir “ Jika Tidak
Dibutuhkan, Buat Apa Kita memberi?”
Apakah kamu sadar, tanpa pernah kau minta aku selalu memberi
sesuatu untuk mu apa lagi yang kau minta, memang sampai hari akhir kita akan
terus menjadi koin.
Dan kini aku benar-benar berhenti berharap, jujur aku lelah.