SpongeBob SquarePants

Kamis, 30 Januari 2014

Menunggu dalam Diam

Dear diary...

Hanya tulisan-tulisan kecil ini yang menemani ku, aku masih terdiam dengan segala lamunan ku, dibalik awan yang kelabu sejuta tanya masih tersimpan tanpa ada jawabnya, pada siapa aku mengadu? selain pada Yang Maha Kuasa.

Aku tak pernah mengerti mengapa Tuhan menciptakan waktu dan ruang, aku tak pernah mengerti mengapa Tuhan menciptakan sedih dan bahagia, dan bahkan aku tak mengerti mengapa Tuhan menciptakan hitam dan putih, semua hal itu sangat tipis, setipis kulit ari buah salak.

Mungkin dengan adanya hitam maupun sedih kita bisa lebih dekat denganNya, tapi Tuhan salahkah aku dengan perasaan ini?
Aku bukan malaikat dengan segala kesempurnaanNya, aku hanya wanita biasa dengan segala kekurangan ku, kekuatan apa lagi yang harus aku miliki hingga aku mampu berdiri tegak Tuhan?

Mengapa perkenalan harus terjadi?
Jika Perpisahan selalu berada dibelakangnya?
Mengapa?

Aku bosan,
Aku muak,
bahkan aku hancur....
Lelah! Sangat!

Bantu aku keluar dari sini, jangan diam saja, aku lelah menunggu sesuatu yang tak ada hasilnya, mengapa kamu selalu membuat aku menunggu untuk suatu kesia-siaan, sedangkan aku?
Iya memang aku juga lebih sering membuat mu menunggu, tapi itu untuk prestasiku, aku mengejar cita-cita ku, tidak seperti mu, aku menunggu mu hingga kamu puas bermain, bahkan kamu ingat?
saat kamu bosan karena aku harus belajar untuk ujian ku?
apa yang kamu lakukan?
kamu mengundang wanita itu dalam gubuk kita, sial!
Sedangkan aku?
apa yang aku lakukan saat menunggu mu?
hanya bisa diam...

Jika aku ingin membalas mu, aku bisa melakukan yang sama, tapi sayangnya aku tak sebodoh kamu, kamu terlalu bodoh jika bisa ku katakan, aku belajar untuk ujian ku, kamu malah meninggalkan ku, entahlah!
aku tak pernah mengerti dengan jalan pikiran mu....

Sudahlah, aku benci dengan semua ini, sangat membenci, jika aku dapat memutar waktu aku tak ingin tahu rasanya kasih sayang, tak sama sekali, aku benci dengan perasaan yang kau buat ini.
Suatu saat jika kamu benar-benar kehilangan ku, kamu baru sadar akan berartinya aku untuk mu, teruslah... teruskan permainan mu, aku akan sabar menanti mu disini, meski dengan beribu bosan yang coba aku tahan, tapi ingat jika aku telah sampai pada titik jenuh yang tak punya ruang lagi untuk beriak, bukan salah ku tapi lihatlah diri mu.

Karena hanya dengan diam, aku bisa pura-pura tersenyum
Karena hanya dengan diam aku bisa pura-pura tertawa
Tapi apakah ini yang kamu inginkan?
Segala kepura-puraan dalam diam ku?
Karena memang, tak ada lagi yang bisa aku artikan
Selain Menunggu dalam diam


Selasa, 28 Januari 2014

Surat Kecil Untuk Mantan Terindah

Dear diary...

Dear mantan...
kangen deh semua tentang kita yang dulu, kamu sekarang apa kabar?
aku tanpa mu disini baik-baik saja ( harap ku )
Mungkin nggak yah kamu memikirkan ku seperti aku memikirkan mu?
Entahlah...

Bagaimana kabar wanita itu?
apa kah dia masih bersama mu?
apakah dia lebih baik dari ku?
Ku harap begitu...

Oya... maafkan aku jika masih dan selalu merindukan mu, karena jujur aku butuh waktu untuk semua itu, jika aku mengingat kejadian beberapa tahun silam ingin rasanya aku membenturkan kepala ku ke tembok, tapi apalah daya ku jika perpisahan ini yang kau pinta...

Kamu ingat pertama kali kita bertemu?
Kamu ingat bagaimana kamu mengatakan cinta pada ku?
sama saja...
Toh kamu juga mencintai wanita itu...
tapi tak ada benci dalam batin ku...

Bego, bego, bego...
buat apa lagi aku mengingatkan mu, toh kamu sudah amnesia, aku ingin terus dapat menari tanpa ada yang menghentikan tarian ku, aku ingin terus berputar dibawah derasnya air hujan tanpa ada yang melarang ku...
" Jangan, nanti kamu sakit "

Dan kamu masih ingat bagaimana kita memerankan teater bersama?
Berada satu panggung bersama mu itu bagian terindah yang tak mampu ku artikan lagi dengan kata-kata. Seandainya kau tahu.

Aku hanya bisa tersenyum dibalik bulan itu, meski pun kita jauh kita berada dibawah bulan yang sama, menatap bulan yang sama dari arah yang berbeda,
kamu ingat ini?
kamu ingat itu?
aku tak tahu berapa banyak lagi aku harus mengingatkan mu, pantaskah aku memutar kembali memori itu?

" Istri ku, berhentilah menulis, bantal dan guling telah memanggil kita untuk tidur "
Sambil menatap mu, aku pun tersenyum...

Memang wanita itu pernah merebut kamu dari ku, namun setinggi apa pun seekor merpati itu terbang ketika dia merasa nyaman dengan pemiliknya dia akan kembali pada pemiliknya...
Dan kini, kita bukan hanya melihat bulan yang sama namun juga melihatnya dari arah yang sama...





Sabtu, 25 Januari 2014

Mengulang Setetes Embun

Dear diary...

Cerita ini tak akan pernah selesai hingga Yang Kuasa memanggilku untuk pulang, berapa banyak huruf yang telah ku rangkai menjadi kata, dan berapa banyak kata yang telah aku susun rapi menjadi sebuah kalimat serta berapa banyak kalimat yang akhirnya menjadi sebuah paragraf, tak pernah membuat aku berhenti untuk terus " Menulis "...

Tulisan memang biasa untuk setiap orang, namun bagi mereka yang menghargai sejarah maka akan mampu menghargai tulisan, memang masa lalu tidak akan pernah menang karena selalu berada di belakang, namun tanpa masa lalu tak akan pernah ada masa depan.

Semua orang tentu mempunyai masa lalu tak terkecuali aku, lalu salah?
Kita hanya seseorang yang menjalankan peran yang skenarionya dibuat oleh Tuhan, apa pun peran itu mau tak mau harus kita jalani, sekarang bagaimana cara kita menjalankan peran itu hingga menghasilkan cerita yang tak biasa.

Bicara soal masa lalu cukup memutar memori ku pada beberapa tahun lalu, saat hidup membicarakan tentang " Cinta ", yach saat semua orang tersenyum saat mereka menangis dan bahkan tertawa, betapa mereka bersyukur menjadi bagian satu sama lain.

Bicara tentang cinta memang tak akan pernah ada habis-habisnya, apalagi Cinta pada Yang Maha Kuasa.
Namun saat itu bukan cinta yang ku punya, tapi " Dia ".
Saat menikmati masa putih abu-abu ditengah perbedaan yang tak jarang mengundang perdebatan, saat kita harus silih paham, saat kita harus bersaing meraih prestasi terbaik, itulah saat berharga yang aku punya. Dulu.

Tuhan mempertemukan ku pada seseorang yang membuat aku tak mengenal sedih itu seperti apa, dulu aku tak tahu tangis itu seperti apa, bahkan dulu aku tak mengenal kecewa itu seperti apa. Yach Dulu.
Bagai setetes embun di pagi hari, meski dingin namun menyejukkan.
Kita semakin dekat, karena ruang dan waktu yang sama kita lewati bersama. Namun tak sesederhana itu, hidup tidak boleh flat hingga pada akhirnya aku mulai meraba kesedihan, dan lupa rasanya bahagia itu sepertia apa.

" Masalah mu, masalah ku juga " 
Aku hanya tersenyum mengingat kata-kata itu, dia membuat aku serasa permaisurinya, aku hanya mencoba menjalankan peran ku dengan cara ku, meski memang skenario telah dibuat Tuhan.

" Kamu Bohong "
Dan itu kata-kata yang kini berputar dalam otak ku, dulu kamu mengatakan masalah ku masalah mu juga, tapi mengapa kini saat masa remaja ku mulai beranjak kamu tak ada disini, jangankan orangnya kabarmu saja tak pernah ku dengar.

Entahlah apakah kisah kita akan menemui ujungnya?

" Persahabatan "
Yach satu kata itu yang coba aku pertahankan hingga kini, meski hembusan nafas mu tak terasa, meski sentuhan mu tak teraba, aku percaya do'a-doa' kecil dibalik embun pagi ini yang akan menjaga kita satu sama lain.
Itulah " Kita "
memang hidup tidak melulu soal cinta, karena hidup banyak rasa.

Salam Persahabatan.....


Sabtu, 18 Januari 2014

Kita Masih dalam Jarak

Dear diary...

Pagi yang tak biasa, masih dengan beribu lamunan yang belum terselesaikan dengan baik, aku masih termenung dibalik wajah pucat ku, owh Tuhan menahan rindu itu ternyata tak senyaman yang aku bayangkan.

Kita masih dalam jarak, saat pasangan-pasangan lain memutuskan untuk sebuah pertemuan.
Kita masih dalam jarak, saat mereka sedang bergegas menghampiri pujaan hatinya.
Dan kita disini masih dalam jarak, saat mereka berjalan selangkah lagi.
Dan kita jauh dari kata pertemuan...

Mungkin bagi mu tak adil, namun maafkan aku, aku tahu bagaimana iri yang kau simpan saat melihat pertemuan mereka, bahkan aku sangat paham dengan rasa itu, jika aku jadi kamu pun aku merasakan hal yang sama, namun mengertilah kasih bahwa waktu yang akan mempertemukan kita kembali.

Tetaplah sabar menanti, peliharalah rindu itu hingga pertemuan kita nantinya, percayalah bahwa rencana Tuhan akan indah pada waktunya.
Desakan mu yang selalu meminta ku untuk pulang selalu terngiang dalam otak ku, kau membuat segalanya menjadi beban, kadang hingga mengundang emosi, padahal sederhana, masalahnya hanya " Rindu Bertemu "

Masih dalam diam ku, hanya do'a-do'a kecil yang mampu ku panjatkan, agar kau baik-baik saja dalam kerinduan itu, meski ku tahu kau hampir rapuh, namun peganglah pundak ku, dam mari kita berjalan bersama melewati semak belukar yang Tuhan beri nama " Rindu " ini, tak semua ucapan harus ada tindakan, ada kalanya diam lebih baik dari pada banyak ucapan yang hanya kebohongan belaka, tetaplah bersama perasaan mu yang dulu, jangan pernah merubah itu, karena pertemuan pun telah menanti kita, meski kita sendiri pun tak tahu itu kapan....

Karena kita masih dalam jarak
Teruslah tersenyum seolah-olah esok kita akan bertemu
Meski tak pasti, percayalah bahwa ruang dan waktu kita akan kembali sama
Meski tak pasti, teruslah berharap kasih
Sebab seekor semut pun tak mampu hidup tanpa sebuah harapan
Salam rindu ku dari kota pelajar untuk kamu yang masih terdiam di sudut kota seribu masjid......

#Kepo Ku untuk Mantan

Dear diary...

Aku hanya wanita biasa, yang kadang bisa lemah dan kadang pula bisa kuat, kekuatan itu tak begitu penting, karena memang hidup memaksa kita untuk terus kuat, huuuffff..... aku tak tahu harus memulai cerita ini dari mana, yang terpenting kini aku telah terbiasa tanpa pria itu meski masih diam-diam kepo akan hidupnya.

Kita berpisah hanya karena satu alasan klasik " Aku ingin fokus sekolah " kata mu...
what everlah itu, karena ketika seorang pria mulai merasa bosan semua alasan yang tak masuk akal pun dijadikan alasan.

Tuhan ternyata tak ingin melihat aku larut dalam kesedihan, beberapa bulan kemudian Tuhan memperkenalkan aku dengan pria yang tak jauh beda dari mantan ku. Yach hubungan kami baru seumur jagung, memang aku terlalu bergantung pada mantan ku, sudah ku coba untuk melupakannya, namun ia selalu berputar dalam pikiran ku, hingga pada bulan kesebelas sejak kami putus ia pun masih erat dalam ingatan ku.

Aku tahu ini salah, bahkan aku sangat paham, tak seharusnya aku seperti ini, namun aku masih mencintainya dalam diam ku, aku tak bisa membohongi perasaan ku bahwa aku masih mengikuti mu diam-diam. Aku tahu ini akan melukai kekasih yang kini bersama ku, tapi aku harus bagaimana?
mengakui semua ini padanya?
owh... tidak mungkin...

Setiap pagi aku hendak beranjak dari temapt tidur, hal yang pertama kali aku lakukan adalah mengambil ponsel ku, dan membuka twitter, kemudian menulis nama mu pada kolom search, perlahan aku membaca dari status paling atas hingga yang terbawah, meski kadang ada rasa sakit, namun aku tak bisa terlepas dari kebiasaan ku itu, dia tak jauh berbeda dengan pria lain, tak sesering mungkin menulis status, namun aku tetap mencari tahu tentang dia yang sekarang.

Hingga pada hari jadi ku, aku berharap ponsel berdering dan itu kamu, ternyata bukan, aku hanya bisa terus berharap dalam diam ku, aku hanya bisa terus menanti sesuatu yang tak pasti, meski kini ku tahu kamu tak sendiri lagi, apakah mungkin hati kita akan bertemu kembali?
Atau kah hati kita sudah tak saling mengenal lagi....?
Entahlah....

Dengan kepo ini cara aku mempertahankan hidup ku, meski pun banyak fakta yang membuat aku sakit, tapi aku akan tetap melakukan ini, karena aku masih mencintai mu dan selalu ingin tahu kabar mu, meski kamu tak pernah melihat ku....

Kamu tak pernah tahu, setiap pagi aku berangkat sekolah, aku selalu melewati depan rumah mu, yah hanya sekedar melirik namun ada sedikit harapan untuk kamu juga tahu apa yang aku lakukan, hingga pada hari itu aku melihat wanita keluar dari sebuah mobil berwarna merah untuk menjemput mu ke sebuah tempat!
Entahlah...

Aku sadar dengan semua yang aku lakukan, namun kamu bagai narkoba untuk ku yang membuat aku kecanduan, aku senang meski hanya tahu kabar mu dari akun twitter, atau hanya sekedar lewat depan rumah mu, setidaknya Tuhan masih mengizinkan aku untuk menatap mu diam-diam.

Jumat, 17 Januari 2014

Cinta dan Benci dalam Sepotong Roti #4

Dear diary....

Seiring berjalannya waktu, hari ku lebih banyak ku lewati bersama lelaki lampu merah itu, hingga kini aku tak tahu nama pasti dari laki-laki itu, hingga kini aku pun tak tahu mengapa ayah dan bunda begitu menyayangi lelaki itu, ayah dan bunda sangat percaya padanya, hingga setiap kali aku hangout dengan teman-teman, lelaki itu seperti barang yang wajib aku bawa, hingga pada malam itu semua tanya menemukan jawabnya.

Malam itu tepat pada acara dance night dikampus, sebenarnya tak ada alasan kuat untuk aku melangkahkan kaki mengikuti acara itu, acara sederhana, yang tak mampu mengalahkan kebiasaan ku dikamar, acara sederhana yang tak mampu mengalahkan tontonanku spongebob squarepants, namun bunda memaksaku untuk berangkat, lagi dan lagi bunda memaksa. Entah aku sadar atau tidak bahwa bunda telah merencanakan semua ini, entah sandiwara apa yang tengah bunda perani.

Aku sebagai anak tunggal, hanya bisa diam dan mengikuti kemauan bunda, seandainya saja Tuhan masih mengizinkan aku memilki saudara, aku sangat ingin hal itu terjadi, terkadang aku lelah jadi badut bunda, namun kadang aku mengasihinya. Malam itu bunda mendandaniku selayaknya putri yang ingin bertemu sang pangeran, malam itu adalah malam yang tak biasa bagi ku, selama bunda mendandani ku, aku hanya terdiam membisu, tak banyak bicara, mengikuti semua ucapan bunda, aku hanya menutup kelopak mata tanpa melihat hasil dandanan bunda, yach apa pun hasilnya ku tahu itu yang terbaik buat bunda ( sok dramatis ceritanya )

" Sekarang Di berdiri, ayyooo... " ( seru bunda )
saat itu aku masih menutup mata ku, entah mengapa rasa berbeda itu muncul dari batin ku, ataukah ini hanya perasaan yang tak ada ujungnya?
" Okay, dalam hitungan ke tiga, Di boleh buka mata ! satu.... dua..... dan... ti.... ga.... ! "

Perlahan aku membuka mata, bunda telah memakaikan lensa pada mata ku sehingga kaca mata yang biasa menemani ku tak ku gunakan malam itu, meski sedikit samar ku coba untuk mengumpulkan titik-titik cahaya itu hingga menjadikannya satu pusat cahaya yang terang.
" Ayah.... ? " ( tanya ku heran )
" Ayah disini Di ! " ( jelas ayah pada ku )
terdengar suara ayah dari telinga kanan ku, aku pun menggerakkan badan perlahan dan menoleh kearahnya.
" Kok Ayah ada dua ? " ( tanya ku semakin heran )

Ayah dan bunda hanya tersenyum, entahlah semua ini semakin membuat ku bingung, pertanyaan itu semakin bercabang-cabang dalam benak ku.
Dia mulai mendekati ku, selayaknya aku tuan putri malam itu, sambil menunduk sopan ia mengulurkan tangannya...
" Mari tuan putri yang manis, bolehkah saya menemani tuan putri malam ini ? " ( tanyanya pada ku )

Owh... Tuhan... semua ini semakin samar tak jelas, begitu pula dengan perasaan ku, perasaan yang tak mampu ku jelaskan, perasaan yang tak mampu ku baca, dag dig dug rasanya, ini hanya tontonan biasa, namun mengapa waooooowww terasa.
Aku hanya terdiam, tak banyak kata yang ku ucap.
" Di.... ! " ( suara bunda menyadarkan ku )
" Iiiyaaa... bun ... " ( jawab ku, dengan setengah terperanjat kaget )
Bunda memberikan isyarat pada ku untuk merangkul tangan lelaki itu, apakah aku putri tidur yang selalu bunda dongengkan saat aku kecil dulu? ataukah aku cinderella yang kehilangan sepatu itu ? atau aku gadis korek api itu? Entahlah siapa pun aku yang pasti malam ini aku " Jatuh Cinta padanya " yach... sepertinya...
Jatuh cinta pada lelaki lampu merah itu, jatuh cinta pada lelaki roti Rizo itu, jatuh cinta padanya...
waoooowww rasanya....

Ayah begitu berani membiarkan aku dan lelaki ini berdua dalam mobil, tanpa siapa pun selain kami berdua, yach hanya berdua. Sepanjang perjalanan ke kampus, dia memandangi ku dengan tatapan yang dalam, namun aku tak berani menatap matanya, aku tak kuasa, tak sanggup rasanya, dia hanya tersenyum tanpa ada beban dipikirannya.
" Kamu kenapa sih ? " ( tanya ku membuka percakapan )
" Kenapa apanya? " ( tanyanya heran pada ku )
" Kapan sih kita bisa memandang pada satu arah yang sama ? " ( teriak ku )
" Huuuusss... nggak pakai ngambek kwalleee, iya aku paham maksud kamu, kenapa? salah kalau aku memperhatikan kamu? " ( jelasnya )
" ya.... yaaa... ya... sa... salahlah ! " ( jawab ku kaku )
Namun ia tak menghiraukan jawaban ku, ia terus menyetir mobil dengan fokus dan diam-diam mencuri pandangan ku, rasanya berada dalam satu mobil bersamanya itu seperti mimpi.

Aku tak tahu apa yang membuat aku begitu membencinya, namun aku juga lebih tak mengerti apa yang membuat aku jatuh hati pada laki-laki ini.

Aku ingin perjalan ini lebih panjang lagi, lebih dari sekedar menuju kampus, aku ingin lebih lama lagi bersamanya, aku ingin... saangat ingin... namun sayang aku terhenti dengan semua keinginan ku.
" Kita sudah sampai tuan putri ! " ( jelasnya )
Aku hanya mampu menghela nafas, dan ia menyadari yang aku lakukan.
" Kenapa? " ( tanyanya pada ku )
namun aku hanya menggelengkan kepala ku, wajahnya mendekati ku, owh no.... apa yang dilakukan laki-laki ini, seperti pertama kali ia mendekati wajahnya saat diruang UKS hingga aroma tubuhnya mampu tercium kuat oleh ku, ia semakin dekat dan....
" HAAAACCIIIIIIIMMM.... " ( dan dia bersin )
" Sial ! ( gerutu ku )
" haaa... haa... haaa.... " ( dia hanya tertawa girang )
Dan dia kembali mendekati wajahnya, namun aku tak peduli, aku hanya terdiam dibalik wajah kusut ku, sambil tersenyum ia berkata...
" Mana ada pangeran yang mau sama putri yang tukang ngambek, mana ada pangeran yang mau sama putri yang selalu menekuk wajahnya, so....???? " ( bisiknya pada ku )
Aku pun mengarahkan wajahku tepat dihadapannya, hingga hidung kami hampir saling menyentuh,
" Baik pangeran lampu merah ! " ( jelas ku )
" Perkenalkan tuan putri nama saya Duta Efendy, tuan putri cukup panggil saya " Duta " ! "
Dan dari sekian kali pertemuan ku dengannya, akhirnya ia pun menyebut namanya.
Yach... Duta...

Lelaki itu membukakan pintu untuk ku, sumpah rasanya aku adalah orang terspecial malam itu, aku bagaikan ratu yang memimpin kerajaan dengan jutaan rakyat yang memandang ku, perlahan aku pun menurunkan kaki ku, hingga akhirnya aku sadar kaki ku telah menapaki tanah, aku mencoba menghela nafas, memandang kearah depan meski sedikit ragu, ia membantu ku berjalan, dan lelaki itu menutup pintu mobil perlahan, ia mulai membantu ku berjalan, diam-diam aku mencuri pandangannya, entahlah aku tak mengerti dengan semua ini, jika ini salah lekas bangunkan aku Tuhan, tapi jika ini benar biarkan aku terus tertidur bersamanya.
Dia hanya tersenyum, dia mengerti bahwa diam-diam aku memandanginya, dan dia lagi-lagi hanya tersenyum.

Aku tak peduli berapa banyak mata yang memperhatikan kami malam itu, aku tak peduli berapa banyak ucapan yang membicarakan kami malam itu, yang ku tahu malam itu aku begitu percaya diri berjalan bersamanya, sesaat aku terhentak.
" Diiirraaa..... " ( suara itu mengagetkan ku )
Aku pun melepas gandengan tangannya saat aku tahu bahwa itu suara Bella, dengan suara kaki yang menakutkan Bella menghampiri ku.
" Ciiieeee.... Tuan Putri Dira Sastro Widyomoko.... ( Ejek Bella pada ku ), kok rangkulannya di lepas ? " ( tambahnya )
" Nggak lucu Bel " ( bisik ku )
" Kamu cantik Di ! " ( suara itu terdengar dari belakang Bella )
Aku pun tersipu malu dengan pujian itu, Sejak Abib membuat pernyataan bahwa kami pacaran, sejak itu aku tak pernah berbicara lagi dengannya, dia juga tak pernah mengoloki ku jika aku datang terlambat saat pelajaran dokter Doni, semua berubah sejak hari itu, namun malam ini lelaki yang menjadi musuh di kelas ku mampu memuji ku hingga membuat aku tersipu malu, namun aku hanya tersenyum.

" Masuk yuk ! " ( seru Bella )
" Ayyooo Bib... ! " ( seru Bella sambil merangkul tangan Abib )
Kami berempat pun jalan bersampingan, hingga pada akhirnya aku sadar bahwa Abib memperhatikan ku, entah apa yang tersimpan dalam benaknya, saat kami tiba di pintu masuk aku terperanjat kaget. Saat aku melihat sekeliling ku begitu banyak foto ku terpampang sepanjang jalan menuju karpet merah, satu persatu aku menjelajahi foto itu, hingga aku menemukan satu foto dimana saat kepala ku terbentur oleh bola basket, dan lelaki lampu merah itu menggendong ku, membawa ku ke ruang UKS, dia sadar dengan yang aku lakukan, dan seketika dia berbisik di telinga ku.
" Sudah jelaskan ? " ( tanyanya pada ku )
Namun aku hanya terdiam, mengapa sepanjang jalan ini foto ku begitu banyak terpampang, dan itu bersama lelaki ini, Bella dan Abib tepat berada di depan kami, diam-diam Abib menoleh kearah ku, namun aku tak mengerti dengan makna yang ia berikan, aku pun bertanya apakah Bella dengan Abib pacaran?

**************************************************************************
Saat semua anak mulai berdansa, aku hanya terdiam, diam membisu, diam membeku di balik keramaian malam itu, dan aku pun tersadar bahwa Duta tak bersama ku, aku mulai memperhatikan sekeliling ku, mulai panik, dan menerobos keramaian, namun tiba-tiba seseorang menarik legan ku, saat aku berhadapan dengannya, tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang aneh, entahlah aku tak mengerti.
Mata kami saling memandang, ia tersenyum dibalik kaca matanya, tai lalat yang berada tepat dibawah matanya membuatnya semakin manis jika terus memandangnya, lesung pipi yang membuat semua wanita tergoda saat ia tersenyum.
" Di... dansa yuk... " ( ajak Abib pada ku )
Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
" Are you okay ?  " ( tanya Abib pada ku )
" Yes ! "
" Malam ini kamu cantik banget Di ! " ( dia mencoba memuji ku )
Sesaat aku pun tersadar.
" Duta ! "
aku pun melepas tangan Abib dan membalikkan badan, memperhatikan sekeliling ku, aku meninggalkan Abib tanpa sepatah kata pun, aku mulai kebingungan, tak mengerti arah mana yang harus ku tuju, tiba-tiba seseorang dari belakang ku menutup mata ku dengan kedua tangannya, aku mengerti siapa dia, aku kenal dengan aroma ini, aku pun membalikkan badan dan ia melepas kedua tangannya yang menutupi mataku, kami pun saling berhadapan, saling memandang dan tersenyum malu, dan entah dari mana datangnya kekuatan itu tanpa pikir panjang aku langsung memeluknya, yach memeluk Duta lelaki lampu merah itu.
" Duta, aku sayang kamu, aku takut ! " ( ucap ku )
namun ia hanya diam seperti tiang.

Tiba-tiba sekeliling ku tak bersahabat, petasan mulai terdengar, balon-balon mulai meletus tak karuan, tiba-tiba sunyi, dalam kesunyian terdengar suara hentakan kaki diiringi tepuk tangan seseorang, aku pun menoleh ke sumber suara, saat aku sadar ternyata dia wanita yang waktu itu menghampiri ku dengan wajah merah yang disertai asap dari kedua telinganya.

Tiba-tiba lelaki lampu merah itu menjauh, menjauhi ku saat wanita itu mulai mendekati ku, dan kini semakin dekat. Dia menatap mata ku, sedalam yang dia mampu.
" Woooyyy.... ! " ( Teriak Abib ) namun saat itu Abib tak mampu membela ku seperti hari itu, Bella menahan tangan Abib, Bella mencoba menenangkan Abib.
Wanita itu seperti Ibu tiri dalam kisah cinderella, dengan senyuman yang menakutkan,
" Apa kabar Dira ? " ( tanyanya membuka percakapan ), namun aku hanya terdiam
" Duta, aku sayang kamu, Aku takut ! " ( wanita itu memperagakan ucapan ku sedetik yang lalu )
" Haa....haaa.... haaaa.... Dira.... dira, dasar anak polos, kapan sih kamu besar? " ( wanita itu mengejek ku )

namun aku hanya terdiam, aku memperhatikan Duta, dalam diam aku menyimpan kebencian itu kembali untuknya, namun dia hanya menunduk, aku memperhatikan sekelilingku, sambil menelan air ludah dan menghela nafas aku mencoba menenagkan diri ku.

" Mau kamu apa ? " ( tanya ku pada wanita itu sambil menahan tangis ku)

" Kamu tahu? berapa banyak kemewahan yang kamu miliki?
Kamu selalu disanjung sama semua orang, sekali pun kamu datang terlambat ke kampus.
Kamu selalu menjadi juara di hati semua orang TERKECUALI aku, kamu selalu dibicarakan, disana-disini, kamu selalu menjadi primadona dengan sifat manja mu itu, sedangkan aku?
Aku hanya kertas yang telah menjadi Abu,
Aku hanya tulisan yang tak pernah terbaca dengan jelas,
Aku benci jika melihat mu, aku benci dengan orang-orang yang selalu membicarakan mu, aku Reva Widyomoko, yang tak pernah kamu lihat, yang selalu kamu acuhkan.... " ( jelasnya )

" Maksud kamu apa sih? aku nggak ngerti ? " ( tanya ku heran )
" Ewh... wanita gila, awas yo kalau sampai kamu menyentuh Dira sedikit pun ! " ( Teriak Abib )
Tiba-tiba wanita itu menarik lelaki lampu merah itu.

" Kamu tahu ini siapa ? ( tanyanya pada ku ), JAWAB ! " ( bentaknya )
aku hanya terdiam, jujur aku tak tahan dengan semua ini, lelaki itu membuat aku malu di depan umum seperti ini, aku ingin lari dari sini, owhh Tuhan apa yang harus aku lakukan....????

" Duta Efendy Widyomoko " ( jelasnya )
" Tadi kamu bilang apa? sayang ? kamu sayang dengan sepupu sendiri ? iya? benar sayang ? " ( tambahnya )

" Sepupu ? " ( bisikku )
owh Tuhan apakah dia benar sepupu ku? iya ? sepupu ?
Aku semakin tak mengerti dengan ini semua, ingin rasanya aku menampar mulut wanita ini, ucapannya yang semakin tak jelas membuat aku muak dengan adegan ini.

" yach begitulah, orang kaya yang sombong, sampai saudara sendiri saja tak tahu, bahkan tak kenal, tahunya lelaki lampu merah, makanya jangan tidur mulu',,, sepupu sendiri itu harus tahu, hhaaa... haaa.... haaa... jatuh cinta dengan sepupu sendiri? " ( dia mencoba memanasi ku )

" satu hal yang harus kamu tahu, bahwa semua ini adalah permainan ku, mulai dari lampu merah itu, kepala mu terbentur dengan bola basket, bahkan sampai malam ini, semua itu adalah rekayasa ku, aku iri dengan semua yang kamu miliki, termasuk ayah dan bunda yang kamu miliki, kamu nggak pantas dapat semua itu, aku yang pantas bukan kamu, dulu saat eang kakung meninggal seharusnya dia memanggil nama ku bukan nama mu, saat ayah ku terperangkap jeruji besi, om Juan kemana? hah? ayah mu kemana? yang ada dia keluar negeri, berlibur, tidak memikirkan saudaranya. Kamu nggak akan pernah bahagia diatas penderitaan orang lain, kamu itu munafik ! MU... NAA... FIIIKKKK " ( jelasnya )

" bruuuugggg ... "
suara itu terdengar tepat dihadapan ku, tak sanggup lagi ku tahan, tangis ku memecah dan aku berlari meninggalkan keramaian yang sunyi itu, terakhir yang aku sadari Abib melemparkan gempalan tangannya tepat diwajah wanita itu, entah apa yang terjadi selanjutnya, aku tak peduli berapa banyak mata yang menatap ku, aku tak peduli, aku tak mengerti dengan semua ini, sangat tak mengerti.

Aku tak tahu harus berlari kemana, hujan ini membuat tangis ku semakin meledak diudara, aku tak paham Tuhan, sangat tak paham...

" Aaaaaaawwwwwhhhhhh..... ! " ( teriak ku )
tiba-tiba seseorang memelukku dari belakang, aku sadar bahwa kontak lens ku terlepas karena tangis ku, hingga aku tak tahu siapa yang memelukku, dia memelukku erat dan semakin erat, sepertinya ia paham dengan apa yang kurasa, sesaat kemudian aku membalikkan badan, dalam samar-samar aku mencoba meraba wajahnya, tahi lalat dibawah matanya cukup membuat aku mengenali siapa dia sebenarnya, dia memakaikan kaca matanya pada ku, dan sesaat kemudian aku memeluknya erat, aku tak ingin melepas pelukan itu, meski aku tahu Bella memperhatikan ku di ujung jalan, maafkan aku Bella...

Lelaki lampu merah itu berhasil memberikan roti manis pada ku, ia juga berhasil membuat roti itu menjadi pahit, bahkan sangat pahit, kini tak ada lagi cerita tentangnya, tak ada lagi danau, perahu dan rumah pohon, yang ada hanya Aku, yach aku seorang diri, dia berhasil menghancurkan ku di tengah keramaian malam itu, ia berhasil membuat aku menelan roti itu tanpa segelas air, ia mampu membuat aku menangis bersama hujan malam itu, selamat atas semuanya.
Cinta dan benci dalam sepotong roti ini akan aku simpan dalam benak ku, bahwa malam ini kamu berhasil membuat aku terbang setinggi mungkin sekaligus kamu berhasil membuat sayap ku patah.

" Selama ini aku mengalah dihadapan mu " ( suara itu samar-samar terdengar )
Saat aku melepas pelukan itu, aku tersadar bahwa itu Bella dan aku pun memeluknya, namun saat aku ingin memeluknya, ia menghindar. Masih dalam tangis ku, aku mencoba merangkulnya, namun ia menghindar.
" Aku tahu soal kak Duta, dia adalah sepupu mu yang tak kau kenal, dia adalah orang hebat, mungkin kamu tak pernah tahu bahwa dia adalah laki-laki yang diidolakan anak sekampus, dia selalu menjadi juara basket... "
dalam tangis yang terisak-isak aku mencoba mendengarkan dengan jelas setiap kata yang Bella ucapkan.

" Aku tahu banyak tentang kak Duta, aku jatuh cinta padanya, namun sejak aku tahu bahwa kak Duta lebih memilih kamu, aku mencoba diam, tak banyak bicara, hingga pada hari itu Abib mengatakan bahwa kalian pacaran, hati ku semakin hancur, aku telah mengalah pada mu, tak pernah mengikuti perkembangan kak  Duta lagi, aku mulai membuka hati untuk Abib, namun sayang kak Reva benar, kamu selalu memiliki apa yang kami ingin miliki, kamu tak pernah puas dengan apa yang kamu dapat kini, kamu tahu sakitnya aku saat melihat Abib memeluk mu, aku ingin seperti itu, tapi sayang kamu tak memberikan kesempatan itu pada ku " ( tambah Bella )

Aku pun menghapus air mataku, dan berusaha kuat, sekarang aku paham bahwa Bella mencintai Abib, aku memperhatikan Abib dalam-dalam, aku tahu apa yang ia rasakan, aku tak ingin melukai hati sahabat ku, ku harap Abib mengerti.
" Hey.... gadis manis, kamu berhak mendapatkan apa yang kamu mau! nggak ada yang larang, aku tahu kamu sayang bangets sama Abib, Abib juga sayang sama kamu ... " ( jelas ku, sambil menatap Abib )

" Bell, kamu harus tahu aku nggak punya perasaan apa-apa dengan Abib selain teman, toh setiap hari aku berantem sama Abib, iya kan Bib ? " ( tanya ku pada Abib )
Aku tahu Abib tak ingin menjawabnya, namun aku juga paham ia tak ingin melukai hati Bella, aku memandangi Abib, seolah-olah memberikan isyarat untuk mengatakan iya.

" Kamu nggak perlu memaksa Abib untuk berkata iya, aku tahu apa yang Abib rasakan, Hari itu Abib membuat sebuah lagu untuk mu, bukan untuk ku " ( jelas Bella )
perkataan Bella jujur membuat aku terperanjat kaget dalam tangis ku, ternyata aku sadar banyak hal yang tak ku ketahui dengan baik.

" Abib sangat sayang pada mu, setiap malam dia berdiri didepan rumah mu, hanya untuk meletakkan botol kecil berharap setiap pagi kamu melihat botol itu, tapi sayangnya kamu tak pernah melihat satu botol pun, dia juga yang selalu mengirimi roti selai durian ke rumah mu, dia yang meletakkan roti itu di meja UKS, kamu selalu menganggap roti itu dari kak Duta, tapi nyatanya bukan, namun Abib tak pernah menyerah, Abib selalu berusaha mendapati hati mu, dia selalu melindungi mu dalam diamnya, dia sangat menyayangi mu, bukan aku ! " ( tambah Bella )

Sesaat Bella beranjak pergi, ucapannya semakin membuat aku terperanjat kaget, apa benar apa yang dikatakan Bella pada ku?
Apakah sebesar itu sayangnya Abib pada ku?

" Di... ! " ( sapa Abib )
" Apakah semuanya kurang jelas untuk kamu mengerti ? " ( tambahnya )
 Aku tak mengerti dengan apa yang aku lakukan, sesaat aku menampar Abib dengan tangan ku yang setengah lemas.

" Aku muak dengan semua ini, puas kamu melihat hidup ku hancur ? "
" Di... ? "
" Kenapa saat aku tahu itu cinta, kenapa dia harus menjadi saudara ku? kenapa? dan mengapa harus kamu Abib Rumaja ? Sekarang salah siapa? salah ku? "
Dia mengerti apa yang aku rasakan, tiba-tiba ia kembali memeluk ku dalam dinginnya hujan malam itu, pelukan itu sangat hangat ku rasa, ternyata roti itu milik Abib bukan pria lampu merah itu, yach benci dan cinta ku tersimpan dalam sepotong roti itu.

" Di... semua ini bukan salah mu, ini salah ku. seandainya dari dulu aku mengakui perasaan ku pada mu, pasti tak begini ceritanya, aku tahu Bella sayang pada ku, namun aku pernah mengatakan padanya bahwa aku cinta kamu, iya cinta kamu Dira, dan Bella mengerti akan hal itu, maafkan aku Di, aku akan buat Roti itu semanis mungkin agar nyaman di lidah mu "

Aku hanya diam dalam kekakuan ku, Ternyata perasaan yang aku raba selama ini salah, persepsi yang aku buat selama ini salah besar, dan banyak tulisan yang tak mampu aku baca dengan saksama, aku bukan jatuh cinta pada Duta, tidak jatuh cinta pada lelaki lampu merah itu namun aku jatuh cinta pada pengagum rahasia ku, jatuh cinta pada seseorang yang diam-diam melindungi ku dari kejauhan yang tak terlihat, yach aku rindu sepotong roti itu.

" I love You Di " ( tambah Abib )

Aku hanya tersenyum, dan menatapnya dalam diam ku, aku kembali memeluknya, seerat yang aku mampu. Ternyata Benci dan Cinta itu beda tipis, saangat tipis. Orang yang terlihat cuek, orang yang selalu mengoloki kita adalah seseorang yang paling peduli pada kita. Yach Cinta dan Benci yang kau hadirkan pada sepotong roti mampu membuat ku menangis dan tertawa dalam diam ku.

_The End "








Rabu, 15 Januari 2014

Cinta dan Benci dalam Sepotong Roti #3

Dear diary ...



" kring.... kring... kring.... " jam weker berdering dan membangunkan ku, sesaat aku memperhatikan jam weker dan kemudian terlelap kembali. Hari ini tak ada niatku sedikit pun untuk beranjak dari tempat tidur apalagi harus keluar kamar.
" Di.... " ( suara bunda memanggilku )
" Dira.... " ( lagi, dan lagi bunda memanggilku )
Namun tak ada satu sahutan pun yang terdengar dari dalam kamar ku.

Bunda adalah orang yang baik, namun akan menjengkelkan saat Bunda sibuk membangunkan ku dari tidur, dan entah kekuatan apa yang dimiliki bunda hingga ia mampu membuka pintu kamar ku. ( ya iya lah bunda bisa buka pintu kamar ku, orang bunda pakai kunci serep! jjlleeeeppp ! ) Bunda menarik selimut ku, sambil mencium kening ku.
"sayang, ayyoooo bangun... ! " 
" aawwwwhh.... " ( gerutu ku, sambil menarik selimut )
" Di, katanya semalem mau lari pagi lah, naik sepedalah, main ke taman lah, awh... hanya wacana doank... !"
" eewwwhh.... Bunda ini tuh masih jam 6 pagi, Bunda suruh aku lari sendiri? Bunda mau entar aku diculik? Bunda mau aku ketaman naik sepeda sendiri? Bunda nggak takut kalau aku kenapa-napa? " ( gerutu ku )
" Huuuussss... siapa bilang kamu sendiri ? Lagian yang bilang sekarang jam 6 itu siapa? "
" Ya... teruuusss saaa.... " ( belum selesai aku bertanya pada Bunda, dengan mata setengah buram aku melihat seseorang berdiri di depan pintu kamar ku, tapi bukan Ayah )
" Pagi Di ! " ( sapanya pada ku )
Aku pun mengambil kaca mata di meja, dan sesaat aku terperanjat kaget.
" Ka.... ka... kaaamuuuu.... ? "

_Sesaat Kemudian
Mau tak mau memang mengaharuskan ku beranjak dari tempat tidur, dan hari ini akan menjadi hari yang menyebalkan sepanjang hidup ku.
" Pagi yah.... ( sapa ku pada Ayah yang telah menunggu di meja makan )
Ayah hanya tersenyum melihat ku, " Mukanya kok di tekuk githo ? padahal ada cowok cakep yang samperin ? " 
Sambil memperbaiki kaca mataku, aku memperhatikan lelaki yang akan menghancurkan hari libur ku. Sepanjang kami makan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut ku, tak ada satu percakapan pun yang aku simak dengan baik.

*************************************************************
" Ayyoooo.... " ( serunya pada ku, sambil mengeluarkan sepeda dari garasi )
" Yo, tali sepatunya diikat yang baik toh mbakyu ! " ( sapanya sambil memperbaiki tali sepatu ku )
Aku hanya terdiam, entah dari mana Ayah dan Bunda mengenal lelaki yang menjengkelkan ini, hingga mempercayainya untuk bersama ku.
" Kaca matanya belum diganti juga ? ( tanyanya pada ku )
Namun aku hanya bisu tanpa kata, sepertinya dia ingin memancing ku untuk berbicara dengannya.
Kami pun meninggalkan rumah, dan berjalan menuju taman menggunakan sepeda, lelaki itu memboceng ku, tak seperti biasa, saat aku berhadapan dengannya, hari ini aku lebih banyak diam.

" Tumben kamu nggak banyak omong ? " ( tanyanya kembali pada ku )
" Aku yakin kamu tahu, apa yang ada di pikiran ku ! " ( balas ku )
" Emang aku peramal? sampai tahu apa yang kamu pikirkan ? "
" What Ever ! " ( sahut ku )
" Kamu kalau senyum cantik tahu ! " ( mencoba merayu )
Tiba-tiba aku menghentikan sepeda itu....
" Ewh... kenapa... ? " ( tanyanya heran )
" Mau kamu apa sih ? " ( tanyaku kasar padanya )
" Aku nggak ngerti ! Ayyoooo.... kayuh lagi sepedanya... !
" Malllleeessss ! "
" Katanya mau kurus.... ! " ( Ejeknya pada ku )

Dan aku pun kembali mengayuh sepeda bersamanya, sepanjang perjalanan banyak yang ia tanyakan pada ku, namun aku hanya terdiam, dan tak ada satu pun ucapannya yang ingin aku dengar apalagi untuk aku jawab, tak ada niat satu pun!

_Sesampainya di taman

" Kamu sebenarnya siapa sih ? " ( tanya ku padanya membuka percakapan )
" haaaa.... haaaahha... haahhaa... ! " ( lelaki itu hanya tertawa girang )
Semua orang memperhatikan kami, aku tak percaya pada diri ku sendiri, pertanyaan ku yang sederhana mampu membuatnya tertawa hingga seluruh orang di taman memperhatikan ku, aku tak percaya lelaki yang jarang berbicara ini, lelaki yang sombong ini, lelaki yang jutek ini bisa tertawa sekencang bunyi kentut ku saat kekenyangan hanya karena pertanyaan ku.
Aku hanya memandanginya dengan rasa heran, entah apa yang ia pikirkan.
Aku masih memandanginya dalam diam, dan dia masih tertawa, dan sesaat sunyi tak ada satu suara pun, namun aku masih memandanginya denga heran, dia pun tersadar dan memperhatikan sekelilingnya, kemudian menarik tangan ku.
" Ewh... mau kemana? sepedanya " ( tanya ku heran padanya )
Sambil menarik tangan ku, ia membawa ku pergi meninggalkan sepedaku...

Sesaat kemudian, kami tiba disebuah tempat yang membuat aku tercengang...
" Waaooooowww.... " 
Dia hanya tersenyum memandangiku, dan kembali aku tak pernah mengerti dengan apa yang di pikirkan oleh laki-laki ini, dia selalu berhasil membuat pikiran ku bercabang, dengan seribu tanya yang tak ada jawabnya, dan entah sampai kapan semua ini terjadi.
Di depanku terlihat sebuah danau, dengan perahu menemaninya, sebuah kedamaian yang telah lama tak ku rasa, dia mulai memainkan hipnotisnya, ia kembali menarik tangan ku, dan menuntun ku menaiki perahu itu...

" Nggak awh... takut... " ( jelas ku )
" Dira yang selalu telat bangun pagi, ke kampus selalu terjebak lampu merah, Dira yang selalu dimarah Dokter Doni, naik perahu takut? " ( dia mencoba menyudutkan ku )
Mendengar ucapannya tersebut, sejujurnya aku malu, namun ada rasa bahagia juga, kesimpulannya lelaki ini begitu memperhatikan ku setiap harinya.
Dengan rasa sedikit ragu, aku mulai melangkahkan kaki ku untuk menaiki perahu itu, sambil menuntun ku perlahan, dia memastikan bahwa keadaan ku baik-baik saja.
Dan akhirnya kami berada diatas perahu kecil itu, lelaki lampu merah itu berada tepat di belakang ku, dengan malu-malu aku mencoba menoleh ke arahnya dan kembali menatap ke depan.
" Kamu nggak perlu takut, selama kamu bisa ngatur keseimbangan, kita bakal aman diatas perahu ini ! " ( lelaki itu mencoba meyakinkan ku )
" Ya ! " ( jawab ku dengan lemas, namun dengan rasa senang pula )

Lelaki ini berhasil membuat aku merasakan satu hal yang tak mampu ku jelaskan, bahkan tak mampu ku liat dengan mata telanjang, dia berhasil membuat aku diam-diam mengaguminya dalam beribu tanya yang ku punya, dia berhasil mengalihkan dunia ku dari keseharian ku di dalam kamar yang hanya mengenal kartun spongebob squarepants, dia berhasil membuka jendela yang tak pernah terbuka sebelumnya, namun sesaat lamunan ku tersadar....
Tiba-tiba perahu itu oleng tak bisa di kendalikan....
" jjlleeeppp.... ! "
Entahlah, tak ada yang bisa ku rasa, masih dalam lamunan ku atau nyata, aku tak tahu saat ini aku berada di surga atau neraka, berada di kampus atau di rumah, air itu berhasil membersihkan wajahnya, pandangan ku tak seperti biasa, tanpa kaca mata yang biasa menemani ku aku mampu melihatnya dengan jelas dalam air, bahkan sangat jelas, dia pun menarik ku keluar dari air, namun aku masih terdiam, dengan rasa tak percaya ku.
" Di, dira... ! " ( lelaki itu panik )
Sesaat aku pingsan...

***************************************************************
" Di.... ? " ( sapanya )
Perlahan aku membuka mata, meski samar-samar, aku sadar dengan yang terjadi tadi, bahwa kami harus tenggelam dalam air, dan aku tak ingat apa-apa lagi. Yang ku tahu saat ini aku berada di sebuah rumah pohon, kecil, sederhana, sedikit membuat ku merasa hangat.
" Kamu sengajakan, pengen nyelakain aku ? " ( tanya ku padanya )
" Ini tuh nggak seperti yang kamu bayangkan Di, aku.... aku.... ! " ( jelasnya pada ku )
" apa... aku apa...? kamu sengaja buat perahu itu oleng, sampai aku kelelep, dan kamu ngambil kesempatan buat ngasih aku nafas buatan, iya kan....??? bulsit... ! " ( jelas ku )
Namun dia hanya tersenyum mendengar ucapan ku.
" Aku mau pulang ! " ( seru ku )
" Di... ! " 
" Di.... Dira... ! " ( dia memanggil ku )
" Okay, aku bakal jelasin semua ini sama kamu, tapi nggak pakai ngambek ! " ( jelasnya pada ku )
" Ewh...... denger yo cowok lampu merah, aku nggak peduli dengan semua ini, aku nggak peduli dengan semua sandiwara yang kamu buat, aku ngak peduli soal danau atau pun perahu itu, nggak sama sekali, aku mau pulang, SEKARANG ! " ( tambah ku )
Aku pun merampas kaca mata ku yang ia pegang sedari aku sadar, aku tahu ucapan ku melukai hatinya namun bulsit dengan semua ini, aku tak peduli apa-apa, badan ku serasa membeku.
Dia pun mencoba membangunkan, membantu ku berdiri dan menuntun ku perlahan turun dari tangga rumah pohon itu.

Selasa, 14 Januari 2014

Cinta dan Benci dalam Sepotong Roti #2

Dear diary....

buat teman-teman yang belum baca #1 bisa klik disini http://alanoe2.blogspot.com/2013/11/cinta-dan-benci-dalam-sepotong-roti-1.html 

Beberapa saat setelah aku pingsan, aku pun tersadar bahwa aku berada disebuah ruangan....
" Ewh, kamu siapa?" ( tanya ku pada laki-laki itu )
" Dasar cewek " ( ketusnya )
" apa kamu bilang ? ( tanyaku padanya, sambil mengepalkan tangan ku )
Dia pun mendekat, semakin dekat, hingga aku mampu mencium aroma tubuhnya, tiba-tiba hening, mata kami saling memandang, owh Tuhan mengapa waktu berhenti dengan seketika, owh no... tak mungkin!
" waktu ayyooo berjalan... ! " ( gerutuku dalam hati )
dia pun memperbaiki kaca mata ku, 
" Kayanya kaca mata mu perlu diganti dech " 
" Kenapa ? " ( tanya ku sinis )
" Mau tahu kenapa ? " ( dia balik bertanya )
Sambil berusaha kuat, aku pun mencoba untuk melangkah dari tempat tidur, dan dia hanya menatap ku sinis.
" Dasar cowok aneh ! " ( gerutu ku )
Saat aku berusaha bangkit dari tempat tidur dia kembali mendekat, dan entah mengapa membuat jantung ku serasa ingin copot, jangan bilang jika aku...???
" Owh Tidak mungkin ! " ( kata ku dalam hati )
" Tik... Tok... Tik... Tok... " ( lelaki itu mengetuk kepala ku )
Belum sempat membalasnya dia malah bergegas pergi...
Aku hanya mampu bergerutu dalam hati,

Dan sekarang aku hanya sendiri diruangan ini, tak ada seorang pun yang menemani ku, namun sesaat aku tersenyum saat melihat sepotong roti telah siap diatas meja.
" Waoow... pengertian ! " aku pun berjalan setengah sempoyongan untuk mengambil roti itu, saat tangan ku hampir menggapai roti itu tiba-tiba...
" Eits... maaf ada yang ketinggalan " ( lelaki itu datang lagi dan mengambil roti tersebut )
Dia pun berbalik badan dan berjalan perlahan, aku hanya bisa terdiam dengan kondisi ku yang selemas ini.
Saat aku menunduk kelaparan, dia menghampiriku kembali, dan menyuapi ku dengan sepotong roti itu, entah hipnotis apa yang sedang dimainkan olehnya, dengan sadar aku mengangkat mulutku hingga roti itu tertelan oleh ku, seketika ia pun pergi.
Misterius memang.

_Keesokan harinya...

Pagi ini aku tak ingin terlambat lagi, hari ini aku lebih siap dari sebelumnya, entah dari mana datangnya kekuatan ini, pagi ini sangat berbeda...
" mmmmuuuaacchhhh ! pagi bunda ( sapa ku pada bunda sambil mencium pipi kanannya )
Bunda melihatku dengan sinis, sepertinya bunda menyadari perubahan yang terjadi pada ku.
" Iwh anak Bunda kecut ! "
" Biar kecut yang penting bukan pengecut ! " ( balas ku )
aku pun bergegas berangkat dan mengambil sepotong roti yang telah diberi selai durian.

Seperti biasanya, vespa kuning siap menemaniku, aku pun memperhatikan jam tangan ku, jam menunjukkan pukul 06.35 WIB, dan itu artinya aku dapat berjalan santai menuju kampus, memang pagi ini bukan mata pelajaran dokter doni, tapi entahlah aku hanya ingin berbeda saja.
" La... la... la.... la.... " ( sambil bernyanyi aku menyambut pagi )
yach seperti biasa, lampu merah memberhentikan vespa ku.
" huuufff, bisa nggak sih sekali aja nggak pakai merah ! " ( gerutu ku ), aku pun mulai memandang kanan kiri ku, memperhatikan depan belakang, entahlah apa yang sebenarnya ku cari, sesaat kemudian aku hanya bisa cemberut.
" Pip... pip... pip... " ( orang-orang mulai membunyikan klakson motornya, dan aku hanya melamun )
aku pun tersadar, dan berlalu dengan rasa malu ( entahlah apakah sebenarnya aku masih punya rasa malu )

" Pagi Mas ! " ( sapa ku pada pak satpam )
" Tumben mbak ? " ( tanyanya kembali pada ku )
Pertanyaan itu menghentikan vespa ku, " apanya yang tumben mas ? " ( tanya ku heran )
" Tumben sepatunya nggak beda sebelah ! hahhahhahahah... " ( sahut satpam kampus, sambil tertawa girang )
" Pip... pip... pip... " ( terdengar suara klakson motor dari belakang ku ) ternyata vespa ku menghalangi jalan. Aku pun membalikkan badan, dan memperhatikan lelaki itu. Sambil memperbaiki kaca mata ku " seperti kenal dhe " bisik ku.
" Pip... pip... pip... " ( klaksonnya kembali berbunyi )
" tok... tok... tok... " ( lelaki itu memukul helm ku )
Aku pun memanas dengan seketika, segera menghampirinya setelah aku memastikan tempat yang aman untuk vespa kuningku.
" Ewh... jadi cowok bisa nggak sih kalem dikit? " ( tanya ku jengkel padanya )
Dia hanya berlalu mendengar pertanyaan ku.
" Awh... whhh... "

" Mbak are you okay? " ( tanya seorang satpam pada ku )
" Yes, i'm very-very okay... " ( kesal ku )
Aku pun ikut berlalu bersama lelaki aneh itu.

Aku melangkahkan kaki menuju kelas, seperti biasa sambil memperbaiki kaca mataku, anak-anak kampus memperhatikan ku dengan tatapan yang aneh, namun aku tak peduli itu, yach begitulah kalau orang cantik selalu duperhatikan, positif thinking!
Namun tidak seperti yang aku bayangkan...
Seorang wanita datang dengan mata memerah, asap yang lebat keluar dari kedua telinganya, berjalan seperti macan, owh... no rasanya seperti aku ingin dimakan....

" Ewh.... kamu siapa sih hah... ? " ( tanyanya pada ku )
sambil melihat sekeliling ku, semua orang memperhatikan kami dan aku menjawab " aku dira " ( dengan gaya santai ku )
" Ada hubungan apa kamu dengan pacar ku hah...??? bla... bla... bla... ngik... ngik... ngok... ngik.. ngok... " ( dia semakin memanas dengan pertanyaannya yang tak jelas !
aku hanya menggaruk kepala ku, dan tiba-tiba entah apa yang membuat wanita ini melambungkan tangannya diudara dan seketika?
Aku hanya menunduk meram Sambil memperbaiki kaca mata ku, aku masih terheran-heran...
" Anda nggak berhak nampar Dira ! " ( jelas Abib sambil menangkas tangan wanita itu )
" Owh ini bodyguard kamu? " ( tanya wanita itu pada ku )
" Bukan, aku pacar Dira ! " ( jawab Abib )
jleppp... entah dari mana datangnya Abib hingga dia bisa berkata seperti itu, dan seorang lelaki diujung sana lemas saat mendengar jawaban Abib
" Dan Dira nggak mungkin ganggu pacar Anda, sebab Dira sudah punya pacar ! " ( Tambah Abib )
" Bagus dhe ! " ( jelas wanita itu )

Aku tak mengerti apa yang terjadi hari ini, aku bisu seribu bahasa, mulai dari kedatangan ku dikampus, wanita itu menghampiriku tanpa alasan yang pasti hingga pernyataan Abib yang mengatakan bahwa kita pacaran, aku hanya terdiam dibalik kaca mata ku. Dan aku melihat di ujung jalan lelaki lampu merah itu memperhatikan ku, dengan matanya yang sayu, seperti sesuatu terjadi padanya.

Abib memegang tangan kiriku, dan kami pun berlalu dari hadapan wanita itu.
Abib membukakan pintu untuk ku...

_Setibanya di kelas...
" Ciee... ciiee... ciiee ... " ( sambut anak kelas )
Bella pun datang menghampiri ku, dan menarik ku keluar dari kelas, dan Abib melepas gandengan tangan ku.
" Kamu bisa jelasin semua ini Di ? " ( tanya Bella pada ku )
" Kamu benar jadian dengan Abib ? sih Abib bim salabib itu ? ( tambahnya )
" Dira jawab ! " ( aku masih dalam lamunan ku )

Aku pun meninggalkan Bella bersama pertanyaannya yang tak kunjung ku jawab, pertanyaan dalam batin kecil ku pun belum mampu ku jelaskan, apalagi untuk menjawab pertanyaan Bella.
Aku melangkahkan kaki ku menuju kantin, pagi ini membuat aku lapar tiga kali dari biasanya.
" Bu Mie ayamnya satu, es jeruknya satu yo bu ! "
" Owh ya Bu, Roti Rizo ada nggak bu ? " ( tanya ku pada pelayan kantin )
" Roti Rizo ? " ( wanita itu terheran mendengar nama roti itu )
" Iya, roti Rizo Bu, ada ? Roti yang ada di ruang UKS itu lho Bu ! ada nggak bu ? "
" Ruang UKS ? " ( Tanyanya semakin heran )

" Bu roti selai duriannya satu yo bu ! " ( terdengar suara lembut dari ujung kantin )
Seketika aku pun membalikkan badan, dan menghampiri lelaki itu...
Sesaat ketika aku berada disampingnya, ia memperhatikan ku dengan tatapan sinis, dia menperhatikan ku dari ujung kaki hingga ujung kepala ku.
" Kapan sih kaca mata mu bisa bener ? " ( tanyanya sambil memperbaiki kaca mata ku )
" Makasih yo bu ! " ( saat Pelayan kantin memberikan pesanan yang ia minta )
Dia pun membalikkan badan dan melangkah meninggalkan ku...
" Ewh... cowok lampu merah bisa nggak sih saat orang lagi ngomong itu nggak pakai ditinggalin ? " ( teriak ku ) hingga membuat satu kantin memperhatikan ku.
Dia menoleh kearah ku, dan sesaat melanjutkan langkahnya.

Aku pun kembali ke mejaku, sambil memperhatikan jam tangan ku, saat itu tepat pukul 07.30 WIB, kejadian tadi pagi membuat aku malas untuk masuk kelas, entahlah apa yang terjadi di kelas itu...
Pesanan ku pun datang tanpa perlu menunggu lama, saat Pelayan kantin meletakkan Mie ayam pesanan ku aku pun bertanya padanya.
" Bu, cah lanang iku sopo toh bu ? "
" Cah lanang neng ndi toh mbak ? " ( tanyanya kembali pada ku )
" Yo, yang tadi ngomong sama aku bu ? "
" Yo mahasiswa sini toh mbak ! " ( jawabnya )
" maksudnya, dia itu sopo bu ? " ( tanya ku kembali )
" Mbak rita, meja 11 ! " ( Terdengar suara memanggilnya )
" Iyo, mbakyu ! permisi yo mbak ! "( dengan sopan dia meninggalkan ku )

Satu pertanyaan belum terselesaikan, pertanyaan lain telah muncul ke permukaan, hari ini ternyata lebih buruk dari kemarin, entah dimana letak kesalahan ini, jika ini menjadi soal ulangan semester, mungkin aku akan berhari-hari berada diruang kelas untuk menjawab semua pertanyaan aneh hari ini.
Dan tanpa memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu, dengan segera aku menyantap mie ayam yang telah aku pesan, tanpa ingin membuatnya menjadi dingin, dengan lahap aku melupakan kejadian hari ini.





Senin, 13 Januari 2014

Cinta dalam Jarak

Dear diary...

haruskah aku menyalahkan jarak?
haruskah aku menyalahkan waktu?
mengapa Tuhan mempertemukan aku dengan wanita itu, jika pada akhirnya kita terpisah oleh jarak?
aku selalu merindu,
pagi, siang, sore dan malam...
bahkan menahan rasa bosan ku, tak pernah lelah untuk terus berkata rindu

Cinta...
yach cinta...
bagi sebagian orang cinta itu bulsit...
dan bagi lelaki seperti ku, awalnya memang benar, sangat bulsit!
namun sejak aku mengenalnya, dia merubah segalanya, ia mengajariku bagaimana cara membaca nama Tuhan, hingga pada akhirnya kita berada pada ruang dan waktu yang berbeda, saaangaat berbeda!

Dia selalu membangunkan ku dari tidur, selalu menguatkanku disaat ku lemah, dia bukan wanita biasa, dia memang keras kepala, sikap keras kepalanya itulah yang membuat ia berbeda dengan wanita yang lain, saat wanita-wanita lain sibuk mementingkan penampilannya.
Dia sederhana, tidak suka dandan, namun cengeng!
sangat cengeng bahkan, tapi dia jauh lebih kuat dari ku, aku rindu pertama kali kita PDKT...
aku ingin mengulang masa pendekatan yang pernah ada dulu,
apakah mungkin?

Aku rindu menarik hidung peseknya, rindu untuk merangkulnya, dan entah berapa banyak rindu yang aku simpan untuk wanita tomboy sepertinya. Jarak telah merubah kami, dia kini tidak tomboy seperti dulu, ia telah menutup auratnya, dan itu membuatnya semakin mempesona, banyak wanita cantik diluar sana, namun mengapa dia yang menjadi pilihanku?
terkadang cinta tak butuh alasan....

Mungkin kah aku mampu menyentuhnya kembali?
mungkin kah semua akan tetap sama?
yach cinta dalam jarak...
meski pun jarak ini terlalu hebat, namun tak mampu mengalahkan cinta dan rindu ku pada wanita itu, wanita yang telah membuat buku ku berwarna,
aku merindukan mu...

Cepat pulang, aku menanti mu di sudut kota ini...

Membenci dalam Rindu

Dear diary...

Seiring berjalannya waktu, semua terungkap dalam nyata, sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga, sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga.
Pilihannya hanya memaafkan atau membenci!
Entah apa yang ada dipikiran mu, kamu tahu jelas aku seperti apa, setiap kebohongan yang kau tutupi selalu tercium oleh ku, karena memang kamu tak pandai berbohong namun kamu coba bermain bersama kebohongan itu.

Jujur jalan ini kadang membuat aku lemah, tapi aku tak ingin menyerah karena dia, yach dia yang tak punya harga diri, tak punya malu, padahal sangat memalukan. Jika aku jadi wanita itu, aku tak akan berani masuk dalam rumah seseorang yang telah berkeluarga.

Bulsit! Teman biasa.
bagaimana bisa kalian katakan bahwa kalian teman biasa, sedang kenyataan berbanding terbalik dengan yang kalian kata kan...
puas kalian buat aku menangis?
puas?

Aku tak ingin mencaci makinya, tapi sayang dia tak tahu berterima kasih. Padahal sama-sama wanita tapi kamu tak mengerti perasaan yang sebenarnya, jika kamu wanita baik, kamu tidak akan merespon lelaki yang memiliki kekasih.
paham mbak bro...???

Memang bukan sepenuhnya salah wanita itu, tapi kamu juga salah. Berulang kali aku katakan apa yang kamu rasakan cerita pada ku, kita selesaikan bersama, bukan pergi tanpa alasan yang tak jelas dan kemudian kembali. Mana waktu 2 tahun yang selalu kamu banggakan itu, kamu tak takut karma...???
Aku bisa membalas mu jika aku mau, tapi aku tidak sebodoh kamu, pergi meninggalkan seseorang yang mampu membuat mu terbang demi sebuah gunting yang membuat sayap mu putus...

Kamu harus tahu satu hal, kalau bukan kamu entah apakah mungkin aku kuat seperti hari ini, banyak hal yang kita lewati bersama, banyak tawa yang tak mampu diceritakan dengan kata-kata, bahkan banyak pula tangis yang tak jarang mengundang rindu kita, kamu membayar semua itu dengan kebohongan mu yang sangat murah...???
iya...???

Tetaplah jadi kebanggaan ku, tetaplah jadi merpati itu, jangan pernah kecewakan aku untuk kedua kalinya, karena kamu tak tahu apakah mungkin suatu saat nanti aku tetap ada disini bersama mu, dia memang pernah ada dalam hari-hari mu saat aku sibuk dengan tugas ku, tapi aku mohon jangan pernah bawa siapa-siapa lagi dalam ruang kita, karena dia pun akan tersakiti saat kamu memilih tetap bersama ku, aku tahu dia hanya pelampiasan bosan mu, dia hanya pelampiasan rindu mu, tapi percayalah kasih bahwa kita akan bertemu pada ruang dan waktu yang sama lagi, selama kau yakin dan sabar, itu akan terwujud dalam nyata.
We must believe it!

Jujur aku kadang tak tahu apa yang harus aku lakukan, mesti tertawa atau menangis, harus menangis atau tertawa, atau bahkan pergi dari mu?
Entahlah... kerinduan ku terlalu kuat untuk mu...
Kerinduan ku tak bisa di lumpuhkan dengan tidur ku, kerinduan ku hanya menuntut sebuah pertemuan.
Teruslah menjadi kebanggaan ku, jangan biarkan ruang itu kosong sedetik pun, jika kamu masih ingin " Kita " tetap ada....
Wo Aini My Star!
Salam rindu ku dari kota pelajar....

Rabu, 08 Januari 2014

BERHENTI ATAU BERLARI

Dear diary...

Ini adalah tulisan kesekian yang aku buat, dan akan menjadi tulisan terakhirku untuk mu, entah berapa banyak tulisan ku yang telah kau baca dan entah berapa banyak makna yang kau pahami dalam tulisan ku, sesungguhnya Kehidupan itu seperti tulisan pada sebuah kertas, ketika kita salah dalam menulis, tulisan itu pasti kita coret atau di tipex untuk menghapusnya, namun tetap saja tulisan itu berbekas, pilihannya tetap menulis ditempat yang berbekas tipex itu atau pindah disampingnya, yach begitu pula dengan kehidupan, memilih tetap pada kesalahan yang sama atau pindah untuk tempat yang baru.

Namun tidak semua yang baru itu membahagiakan, pilihan itu adalah kita, kita yang menentukan. Sekarang aku memilih untuk berhenti atau terus berlari.
Aku bangga pada diri ku sendiri, semua berawal dari semangatku yang mungkin terlalu berlebihan, “ Aku terlalu bersemangat “. Awal yang indah, “ dulunya “, kata-kata manis, janji, nyanyian, bahkan ajian bersama, yach terlalu indah kalau bisa ku bilang.

Aku tak pernah menyangka bahwa kita akan berada pada titik “ nol “, sungguh seperti mimpi disiang bolong rasanya, ingin rasanya membenci tapi rindu ku terlalu kuat, ingin marah, tapi rasa simpati ku terlalu hebat, aku hanya bisa menatap dalam gelap, berusaha mencari penerang, aku bangga sempat menjadi bagian dari hidup mu.

Yach, aku maklumi rasa bosan mu, sejujurnya ku merasakan yang sama tapi bedanya aku menikmati bosan itu, aku senang setiap saat dapat kabar dari mu karena bagi ku, aku tak pernah tahu suatu saat nanti apakah mungkin aku masih mendengar kabar mu, itu lah mengapa aku merasa senang saat handphone berdering dan sadar bahwa itu kabar mu, sekali pun itu berulang-ulang kali, tapi ternyata tidak dengan mu, kamu lebih memilih meninggalkan bosan itu, yach pergi jauh saaaaangggattt jauh, entah aku tak tahu arah tujuan mu.

Tepatnya hari senin diawal tahun baru aku merasa sesuatu yang sesak dalam dada ku, mencoba mencari makna, hingga akhirnya aku paham yang terjadi, meski masih abstrak aku coba membacanya secara perlahan, bahwa sebenarnya kamu ingin pergi tapi tak mampu melepas.
Perpisahan ini tak pernah masalah bagi ku, hanya saja aku kecewa pada mu, dua tahun lebih kita sejalan, menatap pada satu arah yang sama, melangkah bersama, berganteng tangan, bahkan saling menertawai, aku rindu masa putih abu-abu yang kau banggakan itu, setiap lagu yang kau berikan selalu menjadi do’a dan nyata, yach “ Perpisahan Termanis “ kata mu.

Aku tahu bosan seperti apa, bukan hanya kamu yang pernah mengalaminya, hanya saja tak rasional bagi ku, seminggu yang lalu hubungan kita masih baik-baik saja, tak ada keributan besar seperti sebelumnya, entah mengapa tiba-tiba kamu bilang bosanlah, lelah dengan sikap ku, tak mampu long distance, dan blllaa… blllaaa… blllaaa…
Aku tak bisa memaksakan seseorang untuk tetap bersama ku, karena aku percaya jika kamu merpati itu kamu pasti akan kembali, aku tak minta banyak, hanya saja mengapa seperti ini caranya, dulu kamu datang secara baik-baik sekarang pergi tanpa sepatah kata pun.

Yang membuat aku kecewa mengapa ini terjadi saat aku Ujian Akhir Sekolah, tak bisakah kamu memotivasi dan mendo’akan ku, seperti yang aku lakukan saat kamu jatuh dan harus bolak balik daftar Perguruan Tinggi, masih jelas diingatan ku saat itu, dimana jarak telah memisahkan kita dan saat itu kita tak bersama, namun aku meninggalkan kemarahan ku pada mu demi menyemangatimu tepat saat ujian Perguruan Tinggi yang kamu ikuti dilaksanakan, aku berharap sms ku saat itu mampu memberikan kekuatan pada mu, hingga akhirnya kamu benar-benar lulus.
Selamat!

Tapi mengapa saat aku yang berjuang, kamu melempar aku pada dasar yang terdalam tanpa sebab yang pasti, dulu sebelum jarak ini ada kita selalu mengatakan “ jika bosan jangan berlari tapi tetap disini, saling membahu dalam satu jalan “ yach… hanya wacana, janji tercipta untuk diingkari. Satu bagian terindah dalam hidup ku adalah sebelum tidur, sebenci apa pun aku pada mu, satu hal yang membuat ku nyaman saat aku mendengar suaramu mendengur, entah apa yang special dari sebuah denguran, sebelum tidur aku selalu mengatakan pada mu, jaga aku selalu bahkan pernah aku mengatakan jaga aku meski pun aku bukan milik mu lagi, dan kamu merespon dengan satu kata “ Pasti “, namun sayang dengan mudah kamu melupakan kata itu, saat perpisahan itu terjadi kamu mengatakan “ mana mungkin aku menjaga mu, sedangkan kamu jauh disana “.
Huuuuuuffffff…..
Salah ku yang terlalu percaya pada mu, salah ku yang terlalu memberi maaf pada mu, yach aku sadar jika semua ini salah ku, karena sifat kerasku, karena ego ku, tapi aku lebih sadar lagi bahwa ini sepenuhnya bukanlah salah ku, karena telah lama aku berubah menjadi apa yang kamu mau, aku selalu terima salah yang kamu lakukan, aku berusaha jadi yang terbaik untuk mu, tapi yach mungkin Tuhan punya rencana lain, karena aku percaya sedih dan bahagia itu datangnya satu paket.

Satu lagi, aku masih ingat mata sayu mu, dan aku rindu ketulusan hati mu bukan ego mu, apa pun alasan yang membuat mu melepaskan ku, kamu harus ingat saat kamu kembali aku minta maaf jika aku tak disini lagi, kamu boleh menganggap ku seperti kerikil, kecil tak ada artinya, tapi kamu harus tahu ketika kerikil itu ditumpuk menjadi utuh dia akan membentuk sebuah bangunan yang indah tempat kamu berlindung yang disebut rumah, kerikil yang kamu lepas lebih berharga dari mutiara yang kau pilih.

Tulisan-tulisan itu masih rapi tertata dalam diary ku, tapi kini menuntut ku untuk menutup buku dan membuka lembaran baru, pastinya tanpa mu, inilah perpisahan termanis yang dulu pernah kau katakana, terima kasih atas 2 tahun lebih terakhir ini, membuat hidup ku tak hanya sekedar putih atau abu-abu, namun mampu menjadikannya pelangi, aku akan ingat hari ini saat terakhir kali aku meneteskan air mata untuk mu, berbahagialah dengan cara mu, aku tak mampu mempertahankan mu karena aku tak ingin ada kata terpaksa diantara kita, ini akan menjadi tulisan terakhir ku untuk mu karena esok akan ada tulisan baru yang pasti bukan tentang mu, namun aku masih ada janji pada mu dan aku akan menetapi itu secepatnya, selagi aku ada waktu kosong akan aku usahakan.

Aku bangga pada kita, kita yang dulu pernah berjuang bersama melawan segalanya dari tiap sudut ruang ini, yang tidak kalah hanya karena kata BOSAN, tapi kini sepertinya kamu lebih dulu menyerah, kamu melepas genggaman tangan ku, dan membiarkan orang lain meraihnya, terima kasih untuk semua rasa ini, kaya es campur rasanya, aku bangga pada mu, kamu adalah ombak yang selalu menerjang karang hingga karang ini menjadi butiran, kamu berhasil menaklukkan kerasnya hati ku, namun sayang itu hanya sesaat.
Aku disini telah bahagia tanpa mu, aku telah mampu berdiri sendiri meski kenangan kadang masih menyelimuti, namun aku harus terus berjalan, hidup ku masih panjang, mungkin seseorang telah menunggu ku di depan sana, dan untuk mu bahagialah dengan yang kini, siapa dia yang bersama mu, harap ku dia jauh lebih dari ku, dia bisa membuat mu tak hilang rasa karena bosan.

Aku pernah berjuang dari titik “ nol “ dan kini harus kembali pada titik yang sama, tapi aku tak ingin terus begini, waktu tak pernah menunggu ku, berhenti atau terus berlari?
Maaf jika selama ini banyak luka yang aku torehkan pada batin kecil mu, semua yang aku lakukan hanya untuk mempertahankan agar “ Kita “ terus ada, namun sekuat apa pun aku berjuang untuk itu pada akhirnya tetap seperti ini.
Indah sempat mengenalmu, salam rindu ku dari hati terdalam untuk mantan terindah…..


Maafkan aku yang slalu menyakiti mu
Mengecewakan mu dan meragukan mu
Tersadar aku bila kamu yang terbaik
Terima aku mencintai ku apa adanya

Diantara beribu bintang
Hanya kau lah yang paling terang
Diantara beribu cinta
Pilihan ku hanya kau sayang

Tak kan ada selain kamu
Dalam sgala keadaanku
Cuma kamu yach hanya kamu
Yang slalu ada untukku
Dan paling mengerti aku

Senin, 06 Januari 2014

............????

Dear diary....

Entah bagaimana cara menjelaskan rasa ini, kecewa, benci, sayang dan rindu sama-sama kuat, entahlah...
rasa muak, malu, huuuffff....
lelah...?
iya...
tapi aku masih bisa kuat, sedangkan kamu?
percuma, jarak dan waktu jadi alasan, bosan, cappeee...
what ever lah itu...

Ternyata " You not a special man "...
ucapan kini hanya jadi sampah, bahkan lebih busuk dari sampah, aku tak mengerti dengan alasan yang tak rasional, kamu tidak lebih dari pecundang atas semua sakit yang kamu buat...
owh... jadi ini yang kamu rencanakan dari dulu...???

Seseorang yang dulu menjadi kebanggaan ternyata tak ada bedanya dengan lelaki lain, bermain dengan " Alasan Klasik ", entahlah harus memuji atau bahkan bertepuk tangan untuk semua ini...
Saat jatuh kita nangis bersama, saat berdiri pun kita tertawa bersama, tapi karena bosan sudah tak ada lagi kita, aku berterima kasih atas semua waktu yang pernah ada hingga aku tahu bahagia dan sakit itu seperti apa, aku akan terus berjalan dengan cara ku sendiri, tanpa alasan klasik mu, aku tahu perasaan itu telah berubah tapi aku tak tahu siapa atau apa yang membuatnya berubah karena kamu sendiripun tak ingin tahu itu, aku tahu percuma bicara panjang lebar hasilnya selalu nol besar.

Yach... Tuhan punya rencana lain untuk ku, aku selalu berharap yang terbaik untuk kita...
ups... bukan kita lagi dhe kayanya, tapi untuk ku dan untuk mu...
dan kini aku hanya bisa iri dengan mereka yang masih bisa tertawa dalam tangis, dan mereka yang masih bisa menangis dalam tawa, sangat iri...
waktunya sangat tepat sekali, jatuh pada lubang paling dalam, bukan masalah perpisahan tapi kecewa, kecewa tahu kamu yang sebenarnya...

kini tulisan telah menjadi abu, tak kan bisa menjadi tulisan lagi...
kini ucapan telah menjadi api tanpa pernah ada air..
kini.... yachhh kini semua berubah...
" i don't care and what ever...."

Bye kamu, sampai ketemu diwaktu yang tepat yang telah direncanakan Tuhan....