SpongeBob SquarePants

Rabu, 08 Januari 2014

BERHENTI ATAU BERLARI

Dear diary...

Ini adalah tulisan kesekian yang aku buat, dan akan menjadi tulisan terakhirku untuk mu, entah berapa banyak tulisan ku yang telah kau baca dan entah berapa banyak makna yang kau pahami dalam tulisan ku, sesungguhnya Kehidupan itu seperti tulisan pada sebuah kertas, ketika kita salah dalam menulis, tulisan itu pasti kita coret atau di tipex untuk menghapusnya, namun tetap saja tulisan itu berbekas, pilihannya tetap menulis ditempat yang berbekas tipex itu atau pindah disampingnya, yach begitu pula dengan kehidupan, memilih tetap pada kesalahan yang sama atau pindah untuk tempat yang baru.

Namun tidak semua yang baru itu membahagiakan, pilihan itu adalah kita, kita yang menentukan. Sekarang aku memilih untuk berhenti atau terus berlari.
Aku bangga pada diri ku sendiri, semua berawal dari semangatku yang mungkin terlalu berlebihan, “ Aku terlalu bersemangat “. Awal yang indah, “ dulunya “, kata-kata manis, janji, nyanyian, bahkan ajian bersama, yach terlalu indah kalau bisa ku bilang.

Aku tak pernah menyangka bahwa kita akan berada pada titik “ nol “, sungguh seperti mimpi disiang bolong rasanya, ingin rasanya membenci tapi rindu ku terlalu kuat, ingin marah, tapi rasa simpati ku terlalu hebat, aku hanya bisa menatap dalam gelap, berusaha mencari penerang, aku bangga sempat menjadi bagian dari hidup mu.

Yach, aku maklumi rasa bosan mu, sejujurnya ku merasakan yang sama tapi bedanya aku menikmati bosan itu, aku senang setiap saat dapat kabar dari mu karena bagi ku, aku tak pernah tahu suatu saat nanti apakah mungkin aku masih mendengar kabar mu, itu lah mengapa aku merasa senang saat handphone berdering dan sadar bahwa itu kabar mu, sekali pun itu berulang-ulang kali, tapi ternyata tidak dengan mu, kamu lebih memilih meninggalkan bosan itu, yach pergi jauh saaaaangggattt jauh, entah aku tak tahu arah tujuan mu.

Tepatnya hari senin diawal tahun baru aku merasa sesuatu yang sesak dalam dada ku, mencoba mencari makna, hingga akhirnya aku paham yang terjadi, meski masih abstrak aku coba membacanya secara perlahan, bahwa sebenarnya kamu ingin pergi tapi tak mampu melepas.
Perpisahan ini tak pernah masalah bagi ku, hanya saja aku kecewa pada mu, dua tahun lebih kita sejalan, menatap pada satu arah yang sama, melangkah bersama, berganteng tangan, bahkan saling menertawai, aku rindu masa putih abu-abu yang kau banggakan itu, setiap lagu yang kau berikan selalu menjadi do’a dan nyata, yach “ Perpisahan Termanis “ kata mu.

Aku tahu bosan seperti apa, bukan hanya kamu yang pernah mengalaminya, hanya saja tak rasional bagi ku, seminggu yang lalu hubungan kita masih baik-baik saja, tak ada keributan besar seperti sebelumnya, entah mengapa tiba-tiba kamu bilang bosanlah, lelah dengan sikap ku, tak mampu long distance, dan blllaa… blllaaa… blllaaa…
Aku tak bisa memaksakan seseorang untuk tetap bersama ku, karena aku percaya jika kamu merpati itu kamu pasti akan kembali, aku tak minta banyak, hanya saja mengapa seperti ini caranya, dulu kamu datang secara baik-baik sekarang pergi tanpa sepatah kata pun.

Yang membuat aku kecewa mengapa ini terjadi saat aku Ujian Akhir Sekolah, tak bisakah kamu memotivasi dan mendo’akan ku, seperti yang aku lakukan saat kamu jatuh dan harus bolak balik daftar Perguruan Tinggi, masih jelas diingatan ku saat itu, dimana jarak telah memisahkan kita dan saat itu kita tak bersama, namun aku meninggalkan kemarahan ku pada mu demi menyemangatimu tepat saat ujian Perguruan Tinggi yang kamu ikuti dilaksanakan, aku berharap sms ku saat itu mampu memberikan kekuatan pada mu, hingga akhirnya kamu benar-benar lulus.
Selamat!

Tapi mengapa saat aku yang berjuang, kamu melempar aku pada dasar yang terdalam tanpa sebab yang pasti, dulu sebelum jarak ini ada kita selalu mengatakan “ jika bosan jangan berlari tapi tetap disini, saling membahu dalam satu jalan “ yach… hanya wacana, janji tercipta untuk diingkari. Satu bagian terindah dalam hidup ku adalah sebelum tidur, sebenci apa pun aku pada mu, satu hal yang membuat ku nyaman saat aku mendengar suaramu mendengur, entah apa yang special dari sebuah denguran, sebelum tidur aku selalu mengatakan pada mu, jaga aku selalu bahkan pernah aku mengatakan jaga aku meski pun aku bukan milik mu lagi, dan kamu merespon dengan satu kata “ Pasti “, namun sayang dengan mudah kamu melupakan kata itu, saat perpisahan itu terjadi kamu mengatakan “ mana mungkin aku menjaga mu, sedangkan kamu jauh disana “.
Huuuuuuffffff…..
Salah ku yang terlalu percaya pada mu, salah ku yang terlalu memberi maaf pada mu, yach aku sadar jika semua ini salah ku, karena sifat kerasku, karena ego ku, tapi aku lebih sadar lagi bahwa ini sepenuhnya bukanlah salah ku, karena telah lama aku berubah menjadi apa yang kamu mau, aku selalu terima salah yang kamu lakukan, aku berusaha jadi yang terbaik untuk mu, tapi yach mungkin Tuhan punya rencana lain, karena aku percaya sedih dan bahagia itu datangnya satu paket.

Satu lagi, aku masih ingat mata sayu mu, dan aku rindu ketulusan hati mu bukan ego mu, apa pun alasan yang membuat mu melepaskan ku, kamu harus ingat saat kamu kembali aku minta maaf jika aku tak disini lagi, kamu boleh menganggap ku seperti kerikil, kecil tak ada artinya, tapi kamu harus tahu ketika kerikil itu ditumpuk menjadi utuh dia akan membentuk sebuah bangunan yang indah tempat kamu berlindung yang disebut rumah, kerikil yang kamu lepas lebih berharga dari mutiara yang kau pilih.

Tulisan-tulisan itu masih rapi tertata dalam diary ku, tapi kini menuntut ku untuk menutup buku dan membuka lembaran baru, pastinya tanpa mu, inilah perpisahan termanis yang dulu pernah kau katakana, terima kasih atas 2 tahun lebih terakhir ini, membuat hidup ku tak hanya sekedar putih atau abu-abu, namun mampu menjadikannya pelangi, aku akan ingat hari ini saat terakhir kali aku meneteskan air mata untuk mu, berbahagialah dengan cara mu, aku tak mampu mempertahankan mu karena aku tak ingin ada kata terpaksa diantara kita, ini akan menjadi tulisan terakhir ku untuk mu karena esok akan ada tulisan baru yang pasti bukan tentang mu, namun aku masih ada janji pada mu dan aku akan menetapi itu secepatnya, selagi aku ada waktu kosong akan aku usahakan.

Aku bangga pada kita, kita yang dulu pernah berjuang bersama melawan segalanya dari tiap sudut ruang ini, yang tidak kalah hanya karena kata BOSAN, tapi kini sepertinya kamu lebih dulu menyerah, kamu melepas genggaman tangan ku, dan membiarkan orang lain meraihnya, terima kasih untuk semua rasa ini, kaya es campur rasanya, aku bangga pada mu, kamu adalah ombak yang selalu menerjang karang hingga karang ini menjadi butiran, kamu berhasil menaklukkan kerasnya hati ku, namun sayang itu hanya sesaat.
Aku disini telah bahagia tanpa mu, aku telah mampu berdiri sendiri meski kenangan kadang masih menyelimuti, namun aku harus terus berjalan, hidup ku masih panjang, mungkin seseorang telah menunggu ku di depan sana, dan untuk mu bahagialah dengan yang kini, siapa dia yang bersama mu, harap ku dia jauh lebih dari ku, dia bisa membuat mu tak hilang rasa karena bosan.

Aku pernah berjuang dari titik “ nol “ dan kini harus kembali pada titik yang sama, tapi aku tak ingin terus begini, waktu tak pernah menunggu ku, berhenti atau terus berlari?
Maaf jika selama ini banyak luka yang aku torehkan pada batin kecil mu, semua yang aku lakukan hanya untuk mempertahankan agar “ Kita “ terus ada, namun sekuat apa pun aku berjuang untuk itu pada akhirnya tetap seperti ini.
Indah sempat mengenalmu, salam rindu ku dari hati terdalam untuk mantan terindah…..


Maafkan aku yang slalu menyakiti mu
Mengecewakan mu dan meragukan mu
Tersadar aku bila kamu yang terbaik
Terima aku mencintai ku apa adanya

Diantara beribu bintang
Hanya kau lah yang paling terang
Diantara beribu cinta
Pilihan ku hanya kau sayang

Tak kan ada selain kamu
Dalam sgala keadaanku
Cuma kamu yach hanya kamu
Yang slalu ada untukku
Dan paling mengerti aku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar