Dear diary...
Ini adalah tulisan
kesekian yang aku buat, dan akan menjadi tulisan terakhirku untuk mu, entah berapa banyak tulisan ku yang telah kau baca dan entah berapa banyak makna yang kau pahami dalam tulisan ku, sesungguhnya Kehidupan itu seperti tulisan pada sebuah kertas,
ketika kita salah dalam menulis, tulisan itu pasti kita coret atau di tipex
untuk menghapusnya, namun tetap saja tulisan itu berbekas, pilihannya tetap
menulis ditempat yang berbekas tipex itu atau pindah disampingnya, yach begitu
pula dengan kehidupan, memilih tetap pada kesalahan yang sama atau pindah untuk
tempat yang baru.
Namun tidak semua yang
baru itu membahagiakan, pilihan itu adalah kita, kita yang menentukan. Sekarang
aku memilih untuk berhenti atau terus berlari.
Aku bangga pada diri ku
sendiri, semua berawal dari semangatku yang mungkin terlalu berlebihan, “ Aku
terlalu bersemangat “. Awal yang indah, “ dulunya “, kata-kata manis, janji,
nyanyian, bahkan ajian bersama, yach terlalu indah kalau bisa ku bilang.
Aku tak pernah
menyangka bahwa kita akan berada pada titik “ nol “, sungguh seperti mimpi
disiang bolong rasanya, ingin rasanya membenci tapi rindu ku terlalu kuat,
ingin marah, tapi rasa simpati ku terlalu hebat, aku hanya bisa menatap dalam
gelap, berusaha mencari penerang, aku bangga sempat menjadi bagian dari hidup
mu.
Yach, aku maklumi rasa
bosan mu, sejujurnya ku merasakan yang sama tapi bedanya aku menikmati bosan itu,
aku senang setiap saat dapat kabar dari mu karena bagi ku, aku tak pernah tahu
suatu saat nanti apakah mungkin aku masih mendengar kabar mu, itu lah mengapa
aku merasa senang saat handphone berdering dan sadar bahwa itu kabar mu, sekali
pun itu berulang-ulang kali, tapi ternyata tidak dengan mu, kamu lebih memilih
meninggalkan bosan itu, yach pergi jauh saaaaangggattt jauh, entah aku tak tahu
arah tujuan mu.
Tepatnya hari senin
diawal tahun baru aku merasa sesuatu yang sesak dalam dada ku, mencoba mencari
makna, hingga akhirnya aku paham yang terjadi, meski masih abstrak aku coba
membacanya secara perlahan, bahwa sebenarnya kamu ingin pergi tapi tak mampu
melepas.
Perpisahan ini tak
pernah masalah bagi ku, hanya saja aku kecewa pada mu, dua tahun lebih kita
sejalan, menatap pada satu arah yang sama, melangkah bersama, berganteng
tangan, bahkan saling menertawai, aku rindu masa putih abu-abu yang kau
banggakan itu, setiap lagu yang kau berikan selalu menjadi do’a dan nyata, yach
“ Perpisahan Termanis “ kata mu.
Aku tahu bosan seperti
apa, bukan hanya kamu yang pernah mengalaminya, hanya saja tak rasional bagi
ku, seminggu yang lalu hubungan kita masih baik-baik saja, tak ada keributan
besar seperti sebelumnya, entah mengapa tiba-tiba kamu bilang bosanlah, lelah
dengan sikap ku, tak mampu long distance, dan blllaa… blllaaa… blllaaa…
Aku tak bisa memaksakan
seseorang untuk tetap bersama ku, karena aku percaya jika kamu merpati itu kamu
pasti akan kembali, aku tak minta banyak, hanya saja mengapa seperti ini
caranya, dulu kamu datang secara baik-baik sekarang pergi tanpa sepatah kata
pun.
Yang membuat aku kecewa
mengapa ini terjadi saat aku Ujian Akhir Sekolah, tak bisakah kamu memotivasi
dan mendo’akan ku, seperti yang aku lakukan saat kamu jatuh dan harus bolak
balik daftar Perguruan Tinggi, masih jelas diingatan ku saat itu, dimana jarak
telah memisahkan kita dan saat itu kita tak bersama, namun aku meninggalkan
kemarahan ku pada mu demi menyemangatimu tepat saat ujian Perguruan Tinggi yang
kamu ikuti dilaksanakan, aku berharap sms ku saat itu mampu memberikan kekuatan
pada mu, hingga akhirnya kamu benar-benar lulus.
Selamat!
Tapi mengapa saat aku
yang berjuang, kamu melempar aku pada dasar yang terdalam tanpa sebab yang
pasti, dulu sebelum jarak ini ada kita selalu mengatakan “ jika bosan jangan
berlari tapi tetap disini, saling membahu dalam satu jalan “ yach… hanya
wacana, janji tercipta untuk diingkari. Satu bagian terindah dalam hidup ku
adalah sebelum tidur, sebenci apa pun aku pada mu, satu hal yang membuat ku
nyaman saat aku mendengar suaramu mendengur, entah apa yang special dari sebuah
denguran, sebelum tidur aku selalu mengatakan pada mu, jaga aku selalu bahkan
pernah aku mengatakan jaga aku meski pun aku bukan milik mu lagi, dan kamu
merespon dengan satu kata “ Pasti “, namun sayang dengan mudah kamu melupakan
kata itu, saat perpisahan itu terjadi kamu mengatakan “ mana mungkin aku
menjaga mu, sedangkan kamu jauh disana “.
Huuuuuuffffff…..
Salah ku yang terlalu
percaya pada mu, salah ku yang terlalu memberi maaf pada mu, yach aku sadar
jika semua ini salah ku, karena sifat kerasku, karena ego ku, tapi aku lebih
sadar lagi bahwa ini sepenuhnya bukanlah salah ku, karena telah lama aku
berubah menjadi apa yang kamu mau, aku selalu terima salah yang kamu lakukan,
aku berusaha jadi yang terbaik untuk mu, tapi yach mungkin Tuhan punya rencana
lain, karena aku percaya sedih dan bahagia itu datangnya satu paket.
Satu lagi, aku masih
ingat mata sayu mu, dan aku rindu ketulusan hati mu bukan ego mu, apa pun
alasan yang membuat mu melepaskan ku, kamu harus ingat saat kamu kembali aku
minta maaf jika aku tak disini lagi, kamu boleh menganggap ku seperti kerikil,
kecil tak ada artinya, tapi kamu harus tahu ketika kerikil itu ditumpuk menjadi
utuh dia akan membentuk sebuah bangunan yang indah tempat kamu berlindung yang
disebut rumah, kerikil yang kamu lepas lebih berharga dari mutiara yang kau
pilih.
Tulisan-tulisan itu
masih rapi tertata dalam diary ku, tapi kini menuntut ku untuk menutup buku dan
membuka lembaran baru, pastinya tanpa mu, inilah perpisahan termanis yang dulu
pernah kau katakana, terima kasih atas 2 tahun lebih terakhir ini, membuat
hidup ku tak hanya sekedar putih atau abu-abu, namun mampu menjadikannya
pelangi, aku akan ingat hari ini saat terakhir kali aku meneteskan air mata
untuk mu, berbahagialah dengan cara mu, aku tak mampu mempertahankan mu karena
aku tak ingin ada kata terpaksa diantara kita, ini akan menjadi tulisan terakhir
ku untuk mu karena esok akan ada tulisan baru yang pasti bukan tentang mu,
namun aku masih ada janji pada mu dan aku akan menetapi itu secepatnya, selagi
aku ada waktu kosong akan aku usahakan.
Aku bangga pada kita,
kita yang dulu pernah berjuang bersama melawan segalanya dari tiap sudut ruang
ini, yang tidak kalah hanya karena kata BOSAN, tapi kini sepertinya kamu lebih
dulu menyerah, kamu melepas genggaman tangan ku, dan membiarkan orang lain
meraihnya, terima kasih untuk semua rasa ini, kaya es campur rasanya, aku
bangga pada mu, kamu adalah ombak yang selalu menerjang karang hingga karang
ini menjadi butiran, kamu berhasil menaklukkan kerasnya hati ku, namun sayang
itu hanya sesaat.
Aku disini telah
bahagia tanpa mu, aku telah mampu berdiri sendiri meski kenangan kadang masih
menyelimuti, namun aku harus terus berjalan, hidup ku masih panjang, mungkin
seseorang telah menunggu ku di depan sana, dan untuk mu bahagialah dengan yang
kini, siapa dia yang bersama mu, harap ku dia jauh lebih dari ku, dia bisa
membuat mu tak hilang rasa karena bosan.
Aku pernah berjuang
dari titik “ nol “ dan kini harus kembali pada titik yang sama, tapi aku tak
ingin terus begini, waktu tak pernah menunggu ku, berhenti atau terus berlari?
Maaf jika selama ini
banyak luka yang aku torehkan pada batin kecil mu, semua yang aku lakukan hanya
untuk mempertahankan agar “ Kita “ terus ada, namun sekuat apa pun aku berjuang
untuk itu pada akhirnya tetap seperti ini.
Indah sempat
mengenalmu, salam rindu ku dari hati terdalam untuk mantan terindah…..
Maafkan aku yang slalu
menyakiti mu
Mengecewakan mu dan
meragukan mu
Tersadar aku bila kamu
yang terbaik
Terima aku mencintai ku
apa adanya
Diantara beribu bintang
Hanya kau lah yang
paling terang
Diantara beribu cinta
Pilihan ku hanya kau
sayang
Tak kan ada selain kamu
Dalam sgala keadaanku
Cuma kamu yach hanya
kamu
Yang slalu ada untukku
Dan paling mengerti aku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar