SpongeBob SquarePants

Rabu, 15 Januari 2014

Cinta dan Benci dalam Sepotong Roti #3

Dear diary ...



" kring.... kring... kring.... " jam weker berdering dan membangunkan ku, sesaat aku memperhatikan jam weker dan kemudian terlelap kembali. Hari ini tak ada niatku sedikit pun untuk beranjak dari tempat tidur apalagi harus keluar kamar.
" Di.... " ( suara bunda memanggilku )
" Dira.... " ( lagi, dan lagi bunda memanggilku )
Namun tak ada satu sahutan pun yang terdengar dari dalam kamar ku.

Bunda adalah orang yang baik, namun akan menjengkelkan saat Bunda sibuk membangunkan ku dari tidur, dan entah kekuatan apa yang dimiliki bunda hingga ia mampu membuka pintu kamar ku. ( ya iya lah bunda bisa buka pintu kamar ku, orang bunda pakai kunci serep! jjlleeeeppp ! ) Bunda menarik selimut ku, sambil mencium kening ku.
"sayang, ayyoooo bangun... ! " 
" aawwwwhh.... " ( gerutu ku, sambil menarik selimut )
" Di, katanya semalem mau lari pagi lah, naik sepedalah, main ke taman lah, awh... hanya wacana doank... !"
" eewwwhh.... Bunda ini tuh masih jam 6 pagi, Bunda suruh aku lari sendiri? Bunda mau entar aku diculik? Bunda mau aku ketaman naik sepeda sendiri? Bunda nggak takut kalau aku kenapa-napa? " ( gerutu ku )
" Huuuussss... siapa bilang kamu sendiri ? Lagian yang bilang sekarang jam 6 itu siapa? "
" Ya... teruuusss saaa.... " ( belum selesai aku bertanya pada Bunda, dengan mata setengah buram aku melihat seseorang berdiri di depan pintu kamar ku, tapi bukan Ayah )
" Pagi Di ! " ( sapanya pada ku )
Aku pun mengambil kaca mata di meja, dan sesaat aku terperanjat kaget.
" Ka.... ka... kaaamuuuu.... ? "

_Sesaat Kemudian
Mau tak mau memang mengaharuskan ku beranjak dari tempat tidur, dan hari ini akan menjadi hari yang menyebalkan sepanjang hidup ku.
" Pagi yah.... ( sapa ku pada Ayah yang telah menunggu di meja makan )
Ayah hanya tersenyum melihat ku, " Mukanya kok di tekuk githo ? padahal ada cowok cakep yang samperin ? " 
Sambil memperbaiki kaca mataku, aku memperhatikan lelaki yang akan menghancurkan hari libur ku. Sepanjang kami makan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut ku, tak ada satu percakapan pun yang aku simak dengan baik.

*************************************************************
" Ayyoooo.... " ( serunya pada ku, sambil mengeluarkan sepeda dari garasi )
" Yo, tali sepatunya diikat yang baik toh mbakyu ! " ( sapanya sambil memperbaiki tali sepatu ku )
Aku hanya terdiam, entah dari mana Ayah dan Bunda mengenal lelaki yang menjengkelkan ini, hingga mempercayainya untuk bersama ku.
" Kaca matanya belum diganti juga ? ( tanyanya pada ku )
Namun aku hanya bisu tanpa kata, sepertinya dia ingin memancing ku untuk berbicara dengannya.
Kami pun meninggalkan rumah, dan berjalan menuju taman menggunakan sepeda, lelaki itu memboceng ku, tak seperti biasa, saat aku berhadapan dengannya, hari ini aku lebih banyak diam.

" Tumben kamu nggak banyak omong ? " ( tanyanya kembali pada ku )
" Aku yakin kamu tahu, apa yang ada di pikiran ku ! " ( balas ku )
" Emang aku peramal? sampai tahu apa yang kamu pikirkan ? "
" What Ever ! " ( sahut ku )
" Kamu kalau senyum cantik tahu ! " ( mencoba merayu )
Tiba-tiba aku menghentikan sepeda itu....
" Ewh... kenapa... ? " ( tanyanya heran )
" Mau kamu apa sih ? " ( tanyaku kasar padanya )
" Aku nggak ngerti ! Ayyoooo.... kayuh lagi sepedanya... !
" Malllleeessss ! "
" Katanya mau kurus.... ! " ( Ejeknya pada ku )

Dan aku pun kembali mengayuh sepeda bersamanya, sepanjang perjalanan banyak yang ia tanyakan pada ku, namun aku hanya terdiam, dan tak ada satu pun ucapannya yang ingin aku dengar apalagi untuk aku jawab, tak ada niat satu pun!

_Sesampainya di taman

" Kamu sebenarnya siapa sih ? " ( tanya ku padanya membuka percakapan )
" haaaa.... haaaahha... haahhaa... ! " ( lelaki itu hanya tertawa girang )
Semua orang memperhatikan kami, aku tak percaya pada diri ku sendiri, pertanyaan ku yang sederhana mampu membuatnya tertawa hingga seluruh orang di taman memperhatikan ku, aku tak percaya lelaki yang jarang berbicara ini, lelaki yang sombong ini, lelaki yang jutek ini bisa tertawa sekencang bunyi kentut ku saat kekenyangan hanya karena pertanyaan ku.
Aku hanya memandanginya dengan rasa heran, entah apa yang ia pikirkan.
Aku masih memandanginya dalam diam, dan dia masih tertawa, dan sesaat sunyi tak ada satu suara pun, namun aku masih memandanginya denga heran, dia pun tersadar dan memperhatikan sekelilingnya, kemudian menarik tangan ku.
" Ewh... mau kemana? sepedanya " ( tanya ku heran padanya )
Sambil menarik tangan ku, ia membawa ku pergi meninggalkan sepedaku...

Sesaat kemudian, kami tiba disebuah tempat yang membuat aku tercengang...
" Waaooooowww.... " 
Dia hanya tersenyum memandangiku, dan kembali aku tak pernah mengerti dengan apa yang di pikirkan oleh laki-laki ini, dia selalu berhasil membuat pikiran ku bercabang, dengan seribu tanya yang tak ada jawabnya, dan entah sampai kapan semua ini terjadi.
Di depanku terlihat sebuah danau, dengan perahu menemaninya, sebuah kedamaian yang telah lama tak ku rasa, dia mulai memainkan hipnotisnya, ia kembali menarik tangan ku, dan menuntun ku menaiki perahu itu...

" Nggak awh... takut... " ( jelas ku )
" Dira yang selalu telat bangun pagi, ke kampus selalu terjebak lampu merah, Dira yang selalu dimarah Dokter Doni, naik perahu takut? " ( dia mencoba menyudutkan ku )
Mendengar ucapannya tersebut, sejujurnya aku malu, namun ada rasa bahagia juga, kesimpulannya lelaki ini begitu memperhatikan ku setiap harinya.
Dengan rasa sedikit ragu, aku mulai melangkahkan kaki ku untuk menaiki perahu itu, sambil menuntun ku perlahan, dia memastikan bahwa keadaan ku baik-baik saja.
Dan akhirnya kami berada diatas perahu kecil itu, lelaki lampu merah itu berada tepat di belakang ku, dengan malu-malu aku mencoba menoleh ke arahnya dan kembali menatap ke depan.
" Kamu nggak perlu takut, selama kamu bisa ngatur keseimbangan, kita bakal aman diatas perahu ini ! " ( lelaki itu mencoba meyakinkan ku )
" Ya ! " ( jawab ku dengan lemas, namun dengan rasa senang pula )

Lelaki ini berhasil membuat aku merasakan satu hal yang tak mampu ku jelaskan, bahkan tak mampu ku liat dengan mata telanjang, dia berhasil membuat aku diam-diam mengaguminya dalam beribu tanya yang ku punya, dia berhasil mengalihkan dunia ku dari keseharian ku di dalam kamar yang hanya mengenal kartun spongebob squarepants, dia berhasil membuka jendela yang tak pernah terbuka sebelumnya, namun sesaat lamunan ku tersadar....
Tiba-tiba perahu itu oleng tak bisa di kendalikan....
" jjlleeeppp.... ! "
Entahlah, tak ada yang bisa ku rasa, masih dalam lamunan ku atau nyata, aku tak tahu saat ini aku berada di surga atau neraka, berada di kampus atau di rumah, air itu berhasil membersihkan wajahnya, pandangan ku tak seperti biasa, tanpa kaca mata yang biasa menemani ku aku mampu melihatnya dengan jelas dalam air, bahkan sangat jelas, dia pun menarik ku keluar dari air, namun aku masih terdiam, dengan rasa tak percaya ku.
" Di, dira... ! " ( lelaki itu panik )
Sesaat aku pingsan...

***************************************************************
" Di.... ? " ( sapanya )
Perlahan aku membuka mata, meski samar-samar, aku sadar dengan yang terjadi tadi, bahwa kami harus tenggelam dalam air, dan aku tak ingat apa-apa lagi. Yang ku tahu saat ini aku berada di sebuah rumah pohon, kecil, sederhana, sedikit membuat ku merasa hangat.
" Kamu sengajakan, pengen nyelakain aku ? " ( tanya ku padanya )
" Ini tuh nggak seperti yang kamu bayangkan Di, aku.... aku.... ! " ( jelasnya pada ku )
" apa... aku apa...? kamu sengaja buat perahu itu oleng, sampai aku kelelep, dan kamu ngambil kesempatan buat ngasih aku nafas buatan, iya kan....??? bulsit... ! " ( jelas ku )
Namun dia hanya tersenyum mendengar ucapan ku.
" Aku mau pulang ! " ( seru ku )
" Di... ! " 
" Di.... Dira... ! " ( dia memanggil ku )
" Okay, aku bakal jelasin semua ini sama kamu, tapi nggak pakai ngambek ! " ( jelasnya pada ku )
" Ewh...... denger yo cowok lampu merah, aku nggak peduli dengan semua ini, aku nggak peduli dengan semua sandiwara yang kamu buat, aku ngak peduli soal danau atau pun perahu itu, nggak sama sekali, aku mau pulang, SEKARANG ! " ( tambah ku )
Aku pun merampas kaca mata ku yang ia pegang sedari aku sadar, aku tahu ucapan ku melukai hatinya namun bulsit dengan semua ini, aku tak peduli apa-apa, badan ku serasa membeku.
Dia pun mencoba membangunkan, membantu ku berdiri dan menuntun ku perlahan turun dari tangga rumah pohon itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar